Jumat, 13 Januari 2012

Metode Baru Terapi Hipertensi

Tekanandarah tinggi tak mudah dikendalikan walau dengan obat kombinasiantihipertensi. Membiarkan tekanan darah tetap tinggi bukan tanparisiko. Lonjakan tekanan darah terbukti mengganggu fungsi organ tubuhseperti otak, jantung, ginjal, dan mata. Para ahli menerapkan metodebaru, denervasi renal.

Denervasi renal adalah cara invasifpengendalian tekanan darah dengan menumpulkan sinyal saraf di ginjalyang berperan penting dalam pelonjakan tekanan darah.

Penulisbelum lama ini berkesempatan menyaksikan demonstrasi strategi barumengatasi hipertensi ini saat menghadiri Transcatheter CardiovascularTherapeutics 2011 di San Francisco, Amerika Serikat.

Seseorangumumnya dianggap menderita hipertensi jika tekanan darah mencapai140/90 mmHg ke atas. Diperkirakan saat ini di seluruh dunia ada 1miliar penderita hipertensi dan pada tahun 2025 jumlah penderitamelonjak menjadi 1,5 miliar. Tiga perempat penderita hipertensi akanberada di negara berkembang. Sekitar 7,1 juta kematian terkait denganhipertensi. Di Indonesia, 1 dari 3 penduduk berusia 18 tahun ke atasmengidap hipertensi.

Sebagian besar penyebab hipertensi takdiketahui. Namun, para ahli telah lama mendeteksi sistem saraf simpatisdi ginjal yang terkoneksi dengan otak berperan penting meningkatkantekanan darah. Sistem saraf ini jika terangsang dapat mengerutkanpembuluh darah, menambah volume darah, memicu debar jantung, danmerangsang pelepasan hormon renin yang turut melejitkan tekanan darah.Pada hipertensi terjadi hiperaktivasi sistem saraf simpatis yangterus-menerus sehingga tekanan darah tetap tinggi.

Dalammengatasi hipertensi, pada awalnya dokter menganjurkan pola hidup sehatdengan mengatur diet dan berolahraga secara rutin serta, jikadiperlukan, diberikan obat penurun tekanan darah. Pada hipertensitingkat lanjut, kadang dokter meresepkan lebih dari satu jenis obatagar hipertensi terkontrol.

Pada sekitar 20 persen penderitahipertensi, tekanan darah tak kunjung normal walau mendapat tiga ataulebih kombinasi pil. Ini disebut hipertensi resisten. Pada hipertensijenis ini penambahan jenis obat sering kali bukan membuat tekanan darahturun, melainkan efek samping obat menjadi naik.

Menghadapihipertensi yang tak mempan obat ini, Henry Krum dari UniversitasMonash, Australia, bersama para kolega mencoba melakukan denervasirenal, terapi baru yang belum pernah dilakukan pada manusia. Intinya,menumpulkan saraf simpatis di lapisan dalam pembuluh darah ginjaldengan teknik invasif dengan kateter.

Caranya, kateter berbentukseperti selang lentur, dengan diameter seukuran sedotan minuman,diarahkan ke muara pembuluh darah ginjal melalui sayatan kecil melewatipembuluh darah paha. Lewat kateter, seutas kawat berujung elektrodayang tersambung dengan generator mentransmisikan energi radiofrekuensike dinding dalam pembuluh darah ginjal untuk ”memotong” sinyal sarafsimpatis (denervasi). Tindakan non- bedah yang mirip kateterisasijantung ini hanya perlu waktu kurang dari satu jam untuk menumpulkanpersarafan di kedua pembuluh darah ginjal.

Bukti keberhasilan
Sebanyak45 orang yang menderita hipertensi yang tak mempan obat berpartisipasidalam studi Krum dan kolega. Hasilnya, denervasi renal berhasilmenurunkan tekanan darah secara bermakna tanpa komplikasi serius. Krumdan kolega memublikasikan hasil studi di jurnal kedokteran Lancet.

Penelitianlebih lanjut antara lain dilakukan oleh Murray Esler dan kolegaterhadap lebih dari 100 pasien hipertensi resisten. Esler membuktikankeunggulan terapi hipertensi yang disertai denervasi renal dibandingkandengan obat-obatan saja. Penelitian itu juga dimuat Lancet tahun 2010.

Keberhasilansejumlah penelitian terkait denervasi renal mendapat sambutan luas disejumlah negara. Pihak berwenang di Eropa dan Australia telahmenyetujui tindakan ini untuk digunakan sebagai upaya terapi hipertensi.

Juli2011, FDA Amerika Serikat mengizinkan penelitian denervasi renal yangmelibatkan sekitar 500 pasien dari 60 pusat medis di Amerika. Apabilastudi ini juga memperlihatkan hasil yang baik, kemungkinan besar metodeini segera diterapkan secara luas di Negeri Paman Sam itu.

Paraahli memprediksi metode ini bisa digunakan lebih luas, tidak hanya padahipertensi yang bandel, tetapi juga pada hipertensi biasa. Akankahterapi ini meniadakan peranan obat-obat dalam penanganan hipertensi?Waktu yang akan menjawab. Yang pasti jangan biarkan tekanan darah Andatetap tinggi.

A Fauzi Yahya Dokter Spesialis Jantung danPembuluh Darah RS Hasan Sadikin/FK Universitas Padjadjaran, Bandung,dan Pengurus Pusat Perhimpunan Hipertensi Indonesia.

Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.