Senin, 09 April 2012

[Koran-Digital] Ada apa Anda tak Melakukan Terobosan seperti Pak De Karwo

Ada apa Anda tak Melakukan Terobosan seperti Pak De Karwo
Kamis, 29 Maret 2012 | 00:01 WIB Tweet

Saat ini, Bank Jatim sedang menyiapkan diri untuk masuk pasar financial,
initial public offering (IPO) . Bank plat merah milik Pemprov Jawa Timur
dan 38 Kabupaten/kota se Jawa Timur ini dalam hitungan waktu akan
melakukan penawaran umum perdana, penjualan pertama saham umum kepada
investor umum. Siapa investornya? Anda sebagai pembaca, bisa membeli
saham Bank BUMD Jatim itu. Pertanyaannya sudah layakkah Bank Jatim
diterima oleh public melalui pasar modal. Surat terbuka ini untuk
memberi masukan kepada Dirut Bank Jatim yang sibuk wira-wiri ke
Bapepam-LK dan kantor Mandiri Securitas menyiapkan prospectus dan road
show, publix exponya.

Pak Hadi Sukrianto, Direktu Bank Jatim yang Terhormat,
Sebagian besar pemain di pasar modal menyebut rencana suatu perusahaan
yang akan melakukan penawaran umum, berhadapan denagn timming. Moment
kali ini apakah tepat bagi Bank Jatim untuk melakukan Go Publickan. Atau
tepatkah moment demo dan protes kenaikan BBM, digunakan oleh direksi
Bank Jatim untuk mendaftarkan diri ke Bapepam-LK ?. Mengapa soal moment
saya sebutkan. Maklum memasuki pasar modal sama dengan memasuki pasar.
Dua-duanya harus memperhitungkan waktu yang tepat dan strategis. Hal ini
penting jangan sampai sudah membuang-buang dana persiapan IPO, akhirnya
harga saham yang dijual tidak diterima oleh publik, alias jeblok.

Saya menulis surat terbuka ini kepada Anda, karena yang akan Go Publik
adalah sebuah perusahaan perbankan. Sebagai pimpinan tertinggi di Bank
Jatim, Anda pasti tahu tentang problematik industry perbankan saat ini.
Bahwa sejak tahun 2005, semua bank (baik swasta, BUMN maupun BUMD)
dituntut oleh Bank Indonesia untuk melakukan konsolidasi secara konkrit.
Tujuan utamanya untuk memperkuat industri perbankan dalam menghadapi
iklim persaingan yang makin tajam. Kemampuan menghadapi persaingan
inilah yang menentukan apakah Bank Jatim telah memenuhi tuntutan
masyarakat atau tidak. Maklum, Bank Jatim dikenal sebagai Bank BUMD.
Pesaingnya bukan hanya bank swasta dan bank BUMN, tetapi juga bank-bank
asing. Oleh karena kompleksitas persaingan, maka Bank Indonesia membuat
kebijakan bahwa konsolidasi itu memperhatikan sifat-sifat mekanisme
pasar (market driven), arahan (directives) dan kewajiban (heavy-handed).

Pak Hadi,
Sebagai wartawan, saya memiliki catatan bahwa perbankan Indonesia pernah
mengalami krisis yang meninggalkan luka sangat dalam bagi bangsa
Indonesia (terutama nasabahnya). Krisis itu meliputi sistem, institusi,
maupun individual pegawai bank. Kasus BLBI dan Bank Century bagian dari
tercabiknya kepercayaan dunia perbankan sebagai elemen yang sangat
fundamental. Saya menulis surat terbuka ini dengan harapan jangan sampai
Bank Jatim sebagai milik pemerintah daerah, saat ini dan kelak masuk
dalam bank yang tercabik kredibilitasnya (kepercayaan). Mengingat untuk
mengembalikan elemen fundamental perbankan seperti itu bukan perkara
mudah. Contoh Bank Century, meski sudah berganti nama, nasabah masih
was-was berhubungan dengan ank tersebut. Maklum, bagi nasabah, elemen
fundamental itu membutuhkan pembuktian bahwa bank Jatim memang telah
memiliki kredibilitas sebagai industry perbankan. Oleh karena itu,
kasus-kasus pembobolan dana Bank Jatim di beberapa Cabangnya di
Mojokerto, Sumenep, Bangkalan , Gresik, Tanjung Perak dan cabang HR
Muhammad, sebaiknya Anda selesaikan sebelum IPO Bank Jatim benar-benar
diproses di Bappepam-LK. Di cabang-cabang itu dana Bank Jatim berasal
dari penyertaan pemerintah daerah, otomatis dari APBD, jangan sampai
menjadi nyamikan pejabat dan kroni-kroninya.

Pak Hadi,
Dalam indusri perbankan, sering terjadi kekurangmampuan pimpinan bank
dalam mengelola resiko operasional. Mengingat, dalam industry perbankan
pejabat perbankan ada dua katagori yaitu pegawai bank dan banker. Dalam
bank plat merah, khususnya bank BUMD, jumlah bankernya lebih sedikit
ketimbang pegawai bank. Maklum, mereka umumnya dari birokrat atau
pegawai akuntansi. Banyak yang menilai Bank plat merah seperti Bank
Jatim memiliki captive market. Makanya, unsure direksinya masih
didominasi pejabat bank dan bukan banker.

Pak Hadi,
Dalam beberapa kasus, bank-bank plat merah (BUMN-BUMD), tidak jarang
masih mempraktikkan kecurangan (fraud). Praktik curang ini, sering
dilakukan pemegang saham maupun pengurus bank (direksi dan manajernya).
Hal ini disebabkan oleh adanya itikad tidak baik dari mereka dengan cara
menggunakan bank sebagai alat untuk mencapai keuntungan pribadi secara
tidak jujur. Bank Century, misalnya, menjadi persoalan nasional, karena
kecurangan individual bank yaitu pemegang saham bersama pengurus bank.
Semoga Bank Jatim era kepemimpinan Anda tidak sampai melakukan
kecurangan atau membuka peluang praktik curang dengan rekanan atau
instansi terkait. Ingat kasus kredit multiguna yang terjadi di cabang
Sumenep dan pembobolan Kas Daerah di Bank Jatim cabang Mojokerto, dllnya.

Pak Hadi,
Semua tahu bahwa Provinsi Jatim dipimpin oleh Pak De Karwo, Gubernur
yang merakyat, yang tetap concern terhadap pertumbuhan ekonomi. Pak De,
adalah birokrat yang piawai mengelola keuangan. Maklum, Pak De, Doktor
hukum yang cukup lama menjadi Kepala Dinas Pendapatan, sehingga setiap
program selalu dikaji dari pendekatan finansial. Maka itu, sampai
sekarang, meski Pak De sudah menjadi Gubernur, terobosan Dispenda Jatim
masih diakui oleh public. Diantaranya pemutihan mobil dan sepeda motor
beserta tarip progresif pengurusan pajak kendaraan. Siapa dibalik
terobosan itu?. Tidak lain yaitu Pak De. Pertanyaannya, ketauladanan Pak
De, mengapa tidak Anda lakukan?. Apakah mendaftarkan Bank Jatim masuk
pasar modal bagian dari terobosan Anda. Saya jawab bukan, karena ketika
Anda masih menjadi Direktur Kepatutan, persiapan Go Public Bank Jatim
sudah dirancang oleh Direktur Utama sebelum Anda. Soal pemasaran, sampai
kini, yang telah dilakukan Bank Jatim masih promosi konvensional seperti
dilakukan BCA sepuluh tahun yang lalu yaitu gebyar hadiah mobil dan
sepeda motor. Selebihnya adalah mengelola dana proyek-proyek yang
dibiayai APBD Jatim dan 38 Kabupaten/kota.

Pak Hadi,
Saya berharap era kepemimpinan Anda, fokus Bank Jatim dapat memberi
perhatian setahap lebih maju ketimbang ketika dipimpin Dirut-dirut Bank
Jatim sebelum Anda. Harapan saya ini, karena mengelola industri
perbankan saat ini sudah harus lebih modern dengan pelayanan online. Hal
ini terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang baik dengan
memperkecil risiko operasional dananya dikemplang nasabah yang curang.
Saya berharap Bank Jatim di era kepemimpinan Anda, tidak sampai
kehilangan daya saing. Hal ini disebabkan, karena dalam kepemimpinan
Anda, Bank Jatim masih belum diperkuat oleh sumber daya manusia yang
professional (banker dan bukan pegawai-pejabat bank), termasuk permodalan.


Pak Hadi,
Cita-cita setiap pimpinan dan pemilik saham sebuah perusahaan untuk
memasuki pasar modal adalah sukses mengais dana segar dari public.
Dengan menjadi perusahaan public kabarnya Anda ingin menyerap dana
masyarakat sampai Rp 1 triliun. Katakan dengan mengais dana sebesar itu,
Bank Jatim yang Anda pimpin bisa melakukan ekspansi atau memperbaiki
struktur modal. Urusan ekspansi dan perbaikan struktur modal diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan dan laba Bank Jatim yang lebih
spektakuler. Pertanyaannya, mungkinkah?. Pertanyaan realistis ini
didasarkan atas kinerja Bank Jatim tahun 2011 yang hanya memetik
keuntungan tidak lebih dari Rp 20 miliar. Ada apa? Apa karena Anda tidak
berani melakukan terobosan, tetapi lebih memili menitipkan dana-dana
Bank Jatim di SBI yang bunganya rendah?

Pak Hadi,
Harapan agar harga saham Bank Jatim diterima public dengan harga
proposional. Apakah dengan kasus-kasus yang terjadi di cabang-cabang
harapan itu bisa terwujud. Bila public belum merasakan kinerja Anda,
bisa jadi harga saham Bank Jatim akan terpuruk diejek dan dicaci-maki di
bursa. Anda dan underwriterlah yang akan menjawab. Jangan sampai
penjualan saham Bank Jatim bernasib sama dengan Maskapai Garuda, BUMN
pemerintah pusat. Apa itu? Pembelinya adalah pemborong yaitu investor
yang direkayasa untuk memancing public umum. Akhirnya, terkuak bahwa
saham mayoritas Garuda dibeli Grup Permai, perusahaan yang pengelolanya
adalah orang-orang partai. Istilah populernya mereka adalah broker atau
bahasa Suroboyoannya combe.

Pak Hadi,
Kelaziman yang terjadi di pasar modal, kondisi harga saham suatu
perusahaan sampai diejek dan dicaci-maki, karena mengalami guncangan
manajemen. Apalagi sampai muncul human error sejumlah pimpinan di
perusahaan itu yang sampai disidik Polri, Kejaksaan atau KPK, bahkan
sampai di proses di Pengadilan. Yang perlu saya segarkan pada Anda
adalah jangan sampai Bank Jatim yang sudah membuat pernyataan
pendaftaran ke Bappepam-LK, yang bersifat full disclosure atau
"telanjang bulat" ketahuan borok-borok atau kelemahan manajemen,
terutama terkait pengelolaan kredit yang banyak masalah. Khususnya di
cabang-cabang. Bila hal ini sampai terjadi, persiapan Anda masuk ke
pasar modal pada waktu yang keliru (timmingnya). Konsekwensinya, Bank
Jatim bisa mundur dari rencana yang sudah dipublikasikan saat ini.
Kerugiannya bukan sekedar biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama ini,
tetapi yang patut Anda perhitungkan adalah kerugian non material.

Pak Hadi,
Saya percaya Anda sudah matang dalam penyempurnaan rencana bisnis,
penyelesaian restrukturisasi, perbaikan administrasi keuangan dan
pengembangan corporate image Bank Jatim. Ini standar integral persiapan
Bank Jatim menjadi perusahaan public. Beberapa persyaratan itu tidak
cukup dalam hitungan bulan. Bisa jadi membutuhkan waktu panjang yaitu
sejak Direktur Utama dipegang Moeljanto. Artinya, tidak menutup
kemungkinan persiapan itu dimulai ketika Anda masih menjadi Direktur
Kepatutan Bank Jatim.

Pak Hadi,
Mempersiapkan Bank Jatim menjadi perusahaan public, bisa diibaratkan
seperti orang menyiapkan suatu pernikahan. Go Public adalah suatu
perhelatan. Sama seperti mengadakan pernikahan, selain membutuhkan dana
resepsi, juga kesiapan mental calon pengantin pria-dan wanita. Bank
Jatim ibaratnya pengantin wanita yang ingin dipinang penganting pria.
Sebagai wanita, Bank Jatim tentu berhias sedemikian sempurna. Baik
kecantikan fisik maupun inner beuty. Maklum, pernikahan adalah peleburan
dua budaya yang berbeda. Praktis, sebuah pernikahan membutuhkan kesiapan
mental. Artinya, baik pengantin pria maupun wanita, kelak, setelah
pernikahan, harus mau berbagi suka dan duka. Sudahkah Bank Jatim
menyiapkan mental menjadi pengelola keuangan public secara professional
sebagai bank "milik public". Kalau sudah siap, berarti, model rekrutment
koncoisme atau drop-dropan dari lingkungan pemegang saham lama sudah
saatnya diakhiri, agar kinerja Bank Jatim bisa sejajar dengan Bank-bank
swasta lain menjadi industry perbankan yang siap bersaing dengan
Bank-bank asing yang ada di Indonesia.

Pak Hadi,
Oleh karena Bank Jatim harus "mau telanjang bulat" alias full
disclosure, prospectus yang akan diedarkan di masyarakat harus
benar-benar riil. Prospectus itu adalah pemeran utama dalam rencana Bank
Jatim layak diterima atau tidak oleh public. Melalui priliminary
prospectus (prospektur pendahuluan) Bank Jatim, dalam waku dekat ini
akan mementaskan lakonnya untuk diintip siapa saja. Dalam prospectus
mencakup semua rincian dan fakta material mengenai penawaran umumnya.
Pendeknya, sebagai emiten apakah Bank Jatim mampu mempengaruhi pemodal
atau investor tambahan diluar Pemprov dan 38 Kabupaten/kota se-Jatim?.
Inilah tantangan yang tidak ringan bagi Anda. Katakan meski Anda sudah
memiliki underwriter seperti Mandiri Securitas, yang namanya heboh
ketika mengurus IPO, maskapai Garuda.

Pak Hadi,
Saya belum tahu, berapa harga saham Bank Jatim yang akan dilempar ke
public. Ini karena saya termasuk yang belum membaca prospectus
pendahuluan Bank Jatim, sehingga belum tahu prakiraan harga per saham
Bank Jatim. Sebagai pelaku ekonomi saya pun kelak, ingin membeli saham
Bank Jatim. Tentu sepanjang kinerja Bank Jatim makin lama membaik dengan
memberi keuntungan yang menggiurkan. Oleh karena itu, saya masih
menunggu rencana penawaran umum perdana berkeliling (road show) Bank
Jatim yang Anda pimpin. Saya perlu ingatkan karena road show adalah
bagian yang paling penting dari rencana penjualan saham Bank Jatim, ada
baiknya perlu memperhatikan sensitifnya pasar akhir-akhir ini.

Pak Hadi,
Di Amerika Serikat, sejak suatu perusahaan menyampaikan pernyataan
pendaftaran, ada waktu 90 hari melakukan "masa tenang". Waktu tiga bulan
itu dinamakan masa tenang (quiet Period). Dalam kurun waktu itu, setiap
perusahaan yang melakukan penawaran umum untuk tidak melakukan gun
jumping atau promosi yang dilakukan oleh underwriter. Promosi cara ini
tidak dibenarkan. Karena kalau ditemui oleh Badan Pengawas Pasar Modal,
perusahaan bersama underwriter dapat dikenakan "sanksi' berupa keberatan
atau pun penundaan penawaran umum. Mengingat, selama masa tenang,
underwriter tidak dibolehkan melakukan pemasaran efek, selain
menggunakan bahan cetakan yang diistilahkan sebagai prospectus
pendahuluan (preliminary prospectus). Dalam masa ini, ada larangan
pemberian informasi kepada masyarakat soal harga saham yang pasti.
Termasuk pemberitahuan melalui press release. Nah apakah Bank Jatim
memanfaatkan masa tenang bersama underwriter untuk mencari investor guna
memainkan harga saham kelak? Kalau Anda melakukan hal ini,maka Bank
Jatim dapat dikualifikasikan Bank yang tidak memiliki Good Corporate
Governance. Pak De Karwo, bisa kecewa dengan Anda.
(tatangistiawan@gmail.com)

http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b81298296211a45a6b8d6f0788e1632729a137c336

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.