Senin, 09 April 2012

[Koran-Digital] Emisi Perkotaan Meningkat Pesat

Emisi karbon dioksida di lingkungan perkotaan diperkirakan mencapai 36,5
miliar metrik ton pada 2030. Peneliti menghitung, saat ini lebih dari
70% emisi CO2 dunia berasal dari PERKOTAAN.
SELAMA ini konsumsi bahan bakar fosil dikenal sebagai sumber
permasalahan lingkungan global. Namun, dari lokasi mana emisi dan
tekanan lingkungan lain itu timbul belum dengan sepakat diungkapkan oleh
para ahli.

Jawaban atas pertanyaan besar itu baru muncul dalam Konferensi
Internasional Planet Under Pressure yang berlangsung di London, Inggris,
akhir bulan lalu. Sebagaimana dilansir Reuters, studi para ahli yang
dipresentasikan dalam konferensi itu menunjukkan bahwa kota-kota besar
menjadi sumber masalah lingkungan dunia.

Permasalahan itu mencakup produksi emisi karbon, penggunaan air dan
pangan hingga lahan. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, pertumbuhan
kota-kota besar di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,5 juta km2 atau
setara dengan gabungan wilayah Prancis, Jerman, dan Spanyol.

Membengkaknya luas perkotaan seiring dengan populasi penduduk kota yang
bertambah.

Berdasarkan data perkiraan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), populasi
global meningkat dari sekarang 7 miliar menjadi 9 miliar penduduk pada 2050.

Sebagian besar pertumbuhan terjadi karena migrasi dari perdesaan ke
perkotaan. Hal itu berpotensi menambah 1 miliar manusia ke kota. Jumlah
tersebut akan meningkatkan populasi di kota hingga mencapai total 6,3
miliar pada 2050 dari sekitar 3,5 miliar pada bulan lalu.
Berkembang dengan buruk Sayangnya, pertumbuhan yang terjadi di perkotaan
kebanyakan tidak ditangani dengan baik oleh pemerintah kota. "Cara kota
berkembang sejak Perang Dunia II, baik secara sosial maupun lingkungan,
tidak berkelanjutan. Dampak lingkungan dari urbanisasi terlalu besar
untuk terus berlangsung," kata Karen Seto, profesor lingkungan perkotaan
dari Yale University.

Seto menambahkan perubahan sosial dan lingkungan telah terjadi juga di
daerah pinggiran Amerika Utara. Pada wilayah tersebut ketergantungan
masyarakat akan kendaraan bermotor semakin besar dan dianggap menjadi
hal yang lumrah.

Dengan tingginya populasi dan konsumsi bahan bakar fosil, tidak
mengherankan jika emisi karbon dioksida (CO2) pun melonjak. Peneliti
menghitung, saat ini lebih dari 70% emisi CO2 dunia berasal dari perkotaan.

Jika tidak ada tindakan nyata penghematan energi, emisi perkotaan akan
tumbuh menjadi 36,5 miliar metrik ton pada 2030. Pada 2010 emisi
perkotaan telah mencapai 25 miliar metrik ton, padahal pada 1990 masih
15 miliar metrik ton.
Perbaikan Para peneliti menyadari urbanisasi memang tidak dapat
dihentikan. Namun, mereka berpendapat ada banyak ruang untuk memperbaiki
dampak lingkungan dan sosial perkotaan. Salah satunya dengan cara
pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.

"Semua yang dibawa ke kota berasal dari luar. Makanan, air, produk, dan
energi. Kita perlu memikirkan adanya sumber daya yang berkelanjutan agar
dapat memenuhi kebutuhan kota," kata Sybil Seitzinger, Direktur
Eksekutif Program Geosfer-Biosfer Internasional di Royal Swedish Academy
of Sciences, Swedia.

Para ahli lain berpendapat bahwa perbaikan pengelolaan perkotaan harus
dimulai dari sistem transportasi. Shobha kar Dhakal, Direktur Eksekutif
Proyek Karbon Global yang berbasis di Tokyo, mengatakan kota-kota yang
baru tumbuh masih memiliki peluang untuk perencanaan diet emisi yang
menyeluruh. Namun untuk kota yang telah lama berdiri, cara yang mungkin
dilakukan ialah lewat jalur bebas hambatan yang waktunya dapat
disesuaikan. Dengan cara itu, kemacetan lalu lintas yang menjadi sumber
pemborosan energi dapat di uraikan.

Kemacetan memang telah dianalisis menghabiskan bahan bakar, waktu, dan
menyebabkan polusi. Ekonomi dunia kehilangan 1%-3% produk domestik bruto
akibat kemacetan.

Di New York, kemacetan menimbulkan kerugian produktivitas hingga US$4
miliar atau sekitar Rp36 triliun per tahun.

Selain teknologi lalu lintas, para ahli mengatakan penggunaan sensor dan
alat pengukur untuk kapasitas jaringan pembangkit listrik serta pasokan
listrik juga dapat membantu menghemat energi. Perencana kota dapat
menargetkan penggunaan lahan yang lebih efi sien, standar bangunan yang
lebih baik, dan kebijakan untuk mempromosikan transportasi publik
ketimbang penggunaan mobil pribadi.

Beberapa kota di Eropa telah
melakukan upaya untuk meningkatkan pengelolaan yang lebih hijau. Salah
satunya ibu kota Islandia, Reykjavík, yang menggunakan energi panas bumi
dan tenaga air untuk pembangkit tenaga listrik.

Di Kanada, Kota Vancouver menyuplai 90% kebutuhan energinya dari sumber
daya yang dapat diperbarui seperti angin dan energi matahari. Pemerintah
Kota Vancouver telah membuat perencanaan energi bersih dan pengelolaan
kota yang berkelanjutan hingga 100 tahun ke depan.

Di Asia, salah satu negara yang sangat mendukung pengelolaan kota yang
berkelanjutan ialah Jepang. Di Tokyo, pemerintah menargetkan penghematan
energi 15% pukul 09.00-20.00.
Program penghematan energi diterapkan pada operasional peralatan listrik
hingga gaya hidup.

Pada 2005, pemerintah menerapkan program baju kerja tanpa dasi. Para
karyawan dianjurkan mengenakan kaus polo (berkerah) atau kemeja gaya
Hawaii yang umum dikenakan di Pulau Okinawa sehingga dapat beradaptasi
pada cuaca yang lebih hangat tanpa perlu menyalakan pendingin udara.

Di universitas-universitas terdapat pengawas yang akan mematikan lampu
begitu ruangan selesai digunakan. Kepedulian masyarakat akan penggunaan
energi kota juga ditingkatkan dengan pengumuman tentang emisi yang
disiarkan di tempattempat umum. (*/M-1)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/04/10/ArticleHtmls/Emisi-Perkotaan-Meningkat-Pesat-10042012007016.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.