Nasir Djamil: Kita Cari Solusi Bukan Sensasi
Kamis, 29 Maret 2012 , 08:45:00 WIB
RMOL.Sama-sama tinggal di rumah Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi
pendukung pemerintahan SBY-Boediono, Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) seringkali bertingkap seperti oposisi: tak mendukung kebijakan
pemerintah. Yang terbaru, PKS tak seirama dengan Demokrat menggolkan
rencana kenaikan harga BBM yang direncanakan akan diketok besok di DPR.
Dalam pidatonya di Mukernas PKS, di Medan, Selasa (27/3), Presiden PKS,
Lutfi Hasan Ishaaq menyatakan siap berseberangan dengan pemerintah
jika pemerintah tetap menaikkan harga BBM. Kita akan tampil bersama
rakyat jika pemerintah tetap menaikkan harga BBM," jelas Luthfi.
Politisi Demokrat gemes melihat tingkah polah PKS dalam koalisi. Anak
buah Presiden SBY ini inginnya PKS memiliki jelas kelamin, sebagai
oposisi atau koalisi. Kalau mau berkoalisi, ya dukung pemerintah.
Kalau mau oposisi, ya silakan hengkang dari koalisi, tarik juga tiga
kader PKS yang ada di kabinet, yaitu Menkominfo Tifatul Sembiring,
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dan Menteri Pertanian Suswono.
Dikritik Demokrat, politisi PKS merasa benar. Merasa tak ada yang salah,
karena yang dilakukan PKS, klaimnya, sudah sesuai dengan kontrak
politik antara PKS dengan SBY.
Demokrat yang gemes, sementara PKS yang merasa tak salah, akan
tergambar dari pernyataan kedua politisi berikut ini:
Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishaaq menyatakan akan berseberangan dengan
pemerintah jika pemerintah tetap menaikkan harga BBM, apa artinya PKS
akan keluar dari koalisi?
Belum tentu juga penerjemahaannya PKS akan keluar dari koalisi. Tapi
presiden PKS mengatakan bahwa kami tetap bersama rakyat.
Jika tetap bersama rakyat, berarti PKS menolak kenaikan harga BBM subsidi?
PKS tidak menggunakan bahasa se-stright itu. Karena presiden PKS hanya
mengatakan, meskipun harga BBM subsidi naik, kami tetap bersama rakyat.
Apakah PKS mencari sensasi?
Sama sekali tidak. Langkah PKS ini bukan untuk mencari sensasi atau
fantasi. Penolakan harga BBM subsidi ini dalam rangka mencari solusi.
Seperti beberapa opsi yang ditawarkan PKS ini dalam rangka mencari
solusi, bukan mencari sensasi.
PKS kirim surat ke SBY terkait BBM, apa saja isinya?
Kita memang mengirimkan surat ke Pak SBY untuk menawarkan tiga opsi.
Pertama, harga BBM subsidi jangan dinaikkan. Opsi kedua, jika
pemerintah tetap menaikkan, maka angkutan umum tetap pada harga Rp
4.500 per liter sedangkan untuk angkutan pribadi, harus Rp 6.000 per
liter.
Usulan ketiga, jika pemerintah terpaksa harus menaikkan harga BBM
subsidi, janga terlalu tinggi tapi sedikit saja. Jadi BBM subsidi naik
sementara Rp 500 hingga infrastruktur pengaturan yang sebelumnya
tertunda dapat diselesaikan.
Sikap PKS belum bulat menolak kenaikan harga BBM subsidi?
Kita lihat saja nanti, karena masih ada waktu beberapa hari.
Mudah-mudahan pemerintah mau mendengarkan saran PKS sebagai partai
koalisi. Surat yang kami kirimkan, mudah-mudahan diterima presiden SBY.
Jika usulannya ditolak?
Seperti yang dikatakan presiden PKS, kami tetap bersama rakyat.
Bagaimana penerjamahannya, kita lihat saja nanti.
Tidak takut kalau kader PKS yang jadi menteri direshuffle?
Kami belum bicara itu. Kita tidak mau hal-hal semacam ini dialihkan ke
hal-hal yang tidak substansi dan lain sebagainya.
PKS menilai hanya ancaman?
Kami tidak ingin mengomentari isu reshuffle yang dikaitkan dengan
rencana kenaikan harga BBM subsidi. Karena tidak substansi, bahkan PKS
juga menyayangkan kalau ada pihak-pihak yang menyelewengkan
substansi BBM ke arah reshuffle dan lain sebagainya.
Apa yang harus diperhatikan pemerintah sebelum menaikkan harga BBM
subsidi?
Harus diingtakan bahwa pemerintah jangan hanya melihat hal-hal
ekonomis saja. Tetapi ada faktor-faktor non ekonomis yang harus
diperhitungkan.
Misalnya?
Misalnya saja adanya gejolak sosial, rendahnya daya beli mayarakat dan
lainnya. Jadi kalau bisa untuk tidak dinaikkan kenapa harus dinaikkan.
Banyak solusi sebenarnya untuk ditawarkan agar harga BBM subsidi ini
tidak naik.
Pemerintah siapkan program bantuan langsung sementara masyarakat
(BLSM). Komentar Anda?
Apa pun namanya, tetap saja bantuan langsung tunai (BLT). Saya sering
mengatakan bahwa BLT memiliki cacat bawaan sejak lahir.
Kenapa Anda menilai seperti itu?
Ya, karena institusi masyarakat dan aparat birokrasi kita masih jelek
dan sudah terkontaminasi. Gara-gara BLT, banyak orang bunuh diri, ada
juga ketua RT yang dibunuh warganya karena nggak dapat BLT dan lain-lain.
Kalau para menteri ekonomi atau pengusaha setuju dengan kanaikan ini,
artinya menteri-menteri pemerintah tidak pernah mau tahu bahwa BLT ini
akan digunakan untuk apa.
Memangnya bagaimana?
Kalau masyarakat dapat BLT, maka yang akan ramai itu ada dua. Yakni
Carrefour dan Ramayana. Karena uang BLT tersebut dimanfaatkan untuk
membeli baju di Ramayana atau di Carrefour, tidak digunakan semestinya.
Karena institusi masyarakat kita ini sedang sakit. Jadi seharusnya BLT
itu diperuntukkan untuk padat karya agar masyarakat bisa mengoptimalkan
dana tersebut.
Tidak tepat sasaran dong pemberian BLT?
Jadi begini. Saya rasa harus diperhatikan hal-hal semacam itu. Saya
membantah perkataan Anas Urbaningrum yang menyatakan, pihak yang tidak
mendukung BLT tidak pro-rakyat. Padahal, justru yang memberikan
bantuan-bantuan seperti itu mengajarkan rakyat untuk bersifat
konsumtif dan tangan selalu di bawah. [Harian Rakyat Merdeka]
http://www.rmol.co/read/2012/03/29/58998/Nasir-Djamil:-Kita-Cari-Solusi-Bukan-Sensasi-
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.