Selasa, 17 April 2012

[Koran-Digital] Ikrar Nusa Bhakti: Pertarungan Pencapresan di Partai Beringin

Pertarungan Pencapresan di Partai Beringin
Headline
Ikrar Nusa Bhakti - inilah.com/Agus Priatna
Oleh: Ikrar Nusa Bhakti
web - Rabu, 18 April 2012 | 00:09 WIB
Share on facebook Share on twitter Share on email Share on google More
Sharing Services
Powered by Translate

Paska kepemimpinan Akbar Tanjung sebagai ketua umum, Partai Golkar tidak
lagi memiliki pemikiran bernas dan gebrakan politik cemerlang mengenai
pemilihan bakal calon presiden dari partai berlambang beringin ini.

Jika di masa Akbar Tanjung Partai Golkar pernah mengadakan konvensi
nasional untuk memilih calon presiden, sejak kepemimpinan Jusuf Kala dan
berlanjut pada era Aburizal Bakrie sistem itu dihapuskan dan Golkar
kembali ke sistem penentuan capres melalui rapat pimpinan nasional
(Rapimnas).

Ini menunjukkan bahwa Partai Golkar kembali ke gaya berpolitik yang
konservatif, tak ada lagi geliat politik yang membangkitkan semangat
bertarung yang fair. Tak ada lagi greget politik di Partai Golkar
terkait dengan pencapresan, karena semua bagaikan koor menyetujui
keinginan sang ketua umum agar dirinya menjadi calon tunggal capres dari
Partai Golkar.

Kita semua tahu, gaya kepemimpinan di Partai Golkar saat ini ditentukan
oleh oligarki politik yang bertumpu di sekitar kekuasaan sang ketua umum
Aburizal Bakrie. Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie, bukan saja
membangun kemaharajaan di tubuh Partai Golkar di tingkat Dewan Pimpinan
Pusat (DPP), melainkan juga mengokohkan sistem Patron-Client
Relationship antara dirinya dan ketua-ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD).

Jangan heran jika hingga kini sudah ada 26 atau 27 dari 33 DPD yang
merekomendasikan percepatan pelaksanaan rapimnas khusus pada Juni 2012
ini. Angka itu sudah melebihi persyaratan kuorum untuk melaksanakan
rapimnas khusus.

Kita belum tahu bagaimana sikap DPD-DPD Partai Golkar dari Aceh, Riau,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku apakah sudah memberikan
rekomendasi untuk melaksanakan rapimnas khusus pada Juni ini. Kita juga
belum tahu bagaimana sikap dari DPD-DPD Golkar pada tingkat kabupaten
dan kota.

Syahwat kekuasaan dari sang Ketua Umum tampaknya didasari oleh suatu
kenyataan bahwa Partai Golkar saat ini sudah memenangi 58 persen
pemilukada. Menurut laporan Kompas (15/4/2012), Golkar berhasil
menempatkan sembilan kadernya sebagai gubernur, tujuh wakil gubernur,
131 bupati, 75 wakil bupati, 26 wali kota, dan 15 wakil wali kota.

Oligarki kekuasaan di tubuh partai beringin ini lupa bahwa pemilukada
tidak sama dan sebangun dengan pemilu presiden/wakil presiden. Politik
lokal tidak sama dengan politik nasional karena isyu-isyu yang
dilontarkan berbeda satu sama lain.

Di AS atau di Australia pun partai yang menguasai gubernur atau premier
di negara-negara bagian, belum tentu dapat menggerakkan kekuatan untuk
meraih kursi presiden atau perdana menteri.

Sampai artikel ini ditulis, kita masih menyaksikan bahwa hasil berbagai
survei mengenai elektabilitas para tokoh Partai Golkar masih menempatkan
Jusuf Kalla di posisi teratas. Bahkan nama Akbar Tanjung kadang
menduduki peringkat lebih tinggi daripada sang ketua umum.

Namun, melalui polesan lembaga konsultan politik yang sekaligus menjadi
lembaga survei, bisa saja nama Ical melesat ke atas, seperti terjadi
pada Alex Nurdin pada pemilukada di Sumatera Selatan beberapa waktu lalu.

Persoalannya adalah, apakah dukungan DPD Partai Golkar Jawa Timur atas
pencalonan Ical Bakrie didasari realitas politik di lapangan atau hanya
sekedar "Asal Bos Senang."

Tak dapat dipungkiri nama Ical tidak laku dijual di Jawa Timur terkait
dengan kasus Lapindo. Nama Ical memang dapat terdongkrak jika pemerintah
melalui APBN-P 2012 benar-benar menggelontorkan dana Rp1,6 Triliun untuk
membayari para korban Lapindo, termasuk di tiga desa yang dulu masuk
kategori daerah tidak terdampak langsung.

Dari berbagai survei juga menunjukkan bahwa nama Ical masih jeblok
elektabilitas politiknya di tanah Jawa. Dalam sistem politik Indonesia
modern kita memang tidak dapat menerima masih kuatnya politik etnik.
Tapi pada saat yang sama kita juga menyadari bahwa orang Indonesia
beretnik Jawa masih sebesar 43% dari seluruh penduduk Indonesia.

Pencalonan Ical sebagai calon presiden akan didukung secara penuh jika
hasil survei menunjukkan tanda-tanda positif mengenai elektabilitasnya.
Jika tidak, ini hanyalah syahwat kekuasaan yang tidak realistik yang
didukung oleh gaya berpolitik "Asal Bapak Senang" dari DPD-DPD Partai
Golkar. Suara DPR Golkar belum tentu sebangun dengan suara konstituen
Golkar di daerahnya.

Kita juga masih menunggu apakah ucapan-ucapan Ical Bakrie yang membuka
kesempatan bagi tokoh-tokoh Golkar lain seperti Jusuf Kalla, Akbar
Tanjung, Agung Laksono untuk menjadi capres benar adanya atau hanya
untuk meningkatkan citranya sebagai pemimpin yang demokratik di mata
rakyat, sementara di dalam Golkar ia melakukan tekanan dan atau ancaman
politik ke DPD-DPD agar mendukungnya.

Politik di internal partai kadang jauh dari pengamatan masyarakat,
seakan ada jarak antara partai-partai politik dan rakyat, khususnya
konstituen partai.

Mari kita lihat apakah pencapresan di partai beringin ini akan
berlangsung penuh intrik-intrik politik ataukah akan berjalan mulus.
Jika tak ada debat yang mencerdaskan di dalam pencapresan pada rapimnas
khusus Partai Golkar mendatang, kita dapat menyimpulkan bahwa oligarki
kekuasaan di Partai Golkar semakin kokoh.

Golkar kembali menjadi partai yang konservatif, bahkan lebih konservatif
dibandingkan dengan di era Orde Baru. Beringin bukan lagi tempat
bernaung kaum intelektual dan aktivis muda yang punya greget, melainkan
tempat berlindung para penjilat politik yang menghamba pada kekuasaan
dan uang!

Ikrar Nusa Bhakti, Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI,
Jakarta. [mor]

http://web.inilah.com/read/detail/1851664/pertarungan-pencapresan-di-partai-beringin

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.