Selasa, 03 April 2012

[Koran-Digital] Dahlan Iskan bicara kontrak ulang migas

Dahlan Iskan bicara kontrak ulang migas

Minggu, 1 April 2012 19:55 WIB | 5518 Views


Surabaya (ANTARA News) - Dosen dan mahasiswa ITS Surabaya agaknya tidak
segan-segan mencecar Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan pertanyaan seputar
perlunya kontrak ulang minyak dan gas dengan asing yang merugikan Indonesia.

"Apa tidak mungkin kita meminta migas milik kita sendiri yang sudah kita
kontrakkan kepada Singapura, Amerika, dan sebagainya, karena alasan kita
sendiri kekurangan," ucap Guru Besar ITS Prof.Ir. Soegiono.

Tentu saja, pertanyaan dari mantan Rektor ITS itu mengundang pertanyaan
yang sama dari sejumlah mahasiswa yang mengikuti Kuliah Bung Karno untuk
Kebangsaan dan Teknologi di Gedung Robotika ITS Surabaya, 31 Maret lalu.

Pertanyaan itu ditanggapi Menteri BUMN Dahlan Iskan yang juga asli Jawa
Timur itu dengan menyodorkan optimisme yang justru mengundang aplaus
ratusan peserta kuliah kebangsaan itu.

"Kami sudah sepakat menjadi negara demokrasi. Oleh karena itu, kami
tidak boleh bersikap totaliter. Ciri negara demokrasi adalah menghormati
kontrak atau komitmen yang sudah ada pada masa lalu yang saat itu
mungkin tidak rugi," ucapnya.

Bahkan, tutur mantan Direktur Utama PT PLN itu, jika Indonesia tidak
menghormati kontrak atau komitmen yang sudah terlanjur ada, Indonesia
akan justru tidak dipercaya negara lain.

"Tapi, bukan berarti tidak solusi, ya, solusi yang mungkin justru harus
dilakukan secara demokratis pula, yakni merayu negara lain untuk
melakukan negosiasi harga untuk menyesuaikan dengan harga saat ini,"
tukasnya.

Ia mencontohkan sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sudah dua
kali melakukan renegosiasi dengan RRC terkait dengan kontrak gas. "Kalau
kami jual sekarang, kami memang bisa hemat ratusan triliun rupiah,"
paparnya.

Namun, ungkap jurnalis senior itu, pemerintah tidak bisa bersikap mundur
lagi, kecuali renegosiasi itu. "Alhamdulillah, ketika saya mengikuti
kunjungan kerja Presiden ke China pada akhir Maret lalu, pemerintah RRC
menyanggupi," kilahnya.

Lebih dari itu, ujarnya, pola kontrak yang sudah terlanjur ada pada masa
lalu hendaknya menjadi pelajaran untuk tidak mengulangi kontrak baru
dengan cara serupa yang merugikan, melainkan harga harus mengikuti harga
yang berkembang atau mempertimbangkan kebutuhan di dalam negeri.

Mendengar komentar Dahlan Iskan itu, seorang mahasiswa justru mengkritik
media massa yang kini banyak menyajikan informasi yang seolah-olah
Indonesia "hancur-hancuran", tetapi pemerintah tidak menyerang balik.

"Itu sudah risiko pemerintah, apalagi pemerintah sekarang sudah tidak
boleh memiliki media massa lagi, bahkan TVRI sekarang juga bukan milik
pemerintah, tetapi publik. Justru, Anda harus berpikir untuk 10 tahun ke
depan, jangan berpikir untuk saat ini saja," timpalnya.
(T.E011/D007)

http://www.antaranews.com/berita/304222/dahlan-iskan-bicara-kontrak-ulang-migas

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.