Rabu, 11 April 2012

[Koran-Digital] RHENALD KASALI: Leadership Style

Leadership Style PDF Print
Thursday, 12 April 2012
Akhir pekan lalu, dalam suasana Paskah, saya menjalankan dua tugas
sekaligus. Yang pertama mengunjungi komunitas Jaringan Rumah Usaha di
Semarang dan berbicara dengan para penggerak kewirausahaan sosial yang
dikumpulkan penggagasnya, Sdr Ilik Sasongko.


Orangnya sederhana,pendidikannya juga biasa-biasa saja, tetapi mereka
rajin membaca dan mengeksplorasi pengetahuan- pengetahuan baru. Di
tangannya ribuan orang berubah nasibnya. Ia menyebut kegiatannya sebagai
MLM (multi level manusia). Ia melipatgandakan manusiamanusia yang mau
bekerja keras, mengubah nasib dengan berusaha secara sosial,namun penuh
berkah.

Sedangkan yang kedua, saya bertemu 14 pimpinan puncak sebuah investment
company terbesar Indonesia di suatu vila yang sejuk di tengah-tengah
perkebunan kopi di Losari, dekat Salatiga.Mereka adalah para profesional
terpandang, berpendidikan tinggi, namun cerdas dalam mengendus peluang.
Mereka adalah investorinvestor besar terpandang yang dicari banyak orang.

Di kedua tempat itu saya ditanya tentang leadership style, dan tentu
saja mereka membicarakan style dari nama-nama yang sangat populer di
telinga kita,mulai dari Jokowi,Dahlan Iskan,Foke,SBY,Megawati,sampai
Prabowo Subianto, Robby Djohan,ataubahkanJack Welch, Lee Kuan Yew,dan
Herb Kelleher. Saya tentu juga membicarakan tokoh-tokoh yang saya kagumi
seperti Aung San Suu Kyi, Zaini Abdullah,MuzakirManaf, Irwandi Yusuf,
Pakde Karwo, dan Raja Wayapo di Pulau Buru, Malili Besan.

Entah mengapa saat ini begitu banyak orang yang concern dengan
leadership style. Mungkin karena masyarakat kita mulai berubah menjadi
tak berjarak dengan pemimpinpemimpinnya. Kata Dubes Amerika Serikat di
sini, "Setiap pagi, begitu bangun, rakyat Indonesia mengkritisi
pemimpin-pemimpinnya." Saya pikir sinyalemen ini ada benarnya,1.000%
benar.Mahasiswa- mahasiswa saya,warga di kampung tempat saya tinggal,
para karyawan, bahkan penonton- penonton televisi, semua siap berbicara
dan mengkritisi kepala negara, pemimpin partai, pengusaha sampai bosbos
mereka,pak lurah atau pak RT.

Semua dapat giliran dikritisi atau mengkritisi.Hebat sekali bangsa kita
ini,bukan? Karena itulah, leadership style menjadi topik yang hangat,
sehangat pembicaraan di Twitter yang membicarakan gaya Dahlan Iskan yang
menggratiskan jalan masuk tol Ancol,atau saat Obama omong soal "sate"
dan "bakso"ketika mengunjungi Jakarta. Pokoknya setiap gaya dan cara
orang memimpin selalu dikomentari. Yang satu lelet, berdeklamasi,
terlalu serius, sedangkan yang lain terbuka, berpakaian bebas, agak
santai, mendatangi, dan seterusnya. Pakaian, sepatu, dan cara yang
dipakai selalu dikomentari.

Karakter dan Kompetensi

Setiap kali menyaksikan munculnya pemimpin-pemimpin baru dan
mendengarkan pembicaraan pemimpin-pemimpin tua, Anda mungkin bisa
melihat dua sisi mereka sekaligus.Kedua sisi itu seperti sekeping uang
logam yang menyatu dan tanpa disadari oleh yang bersangkutan membentuk
pikiran kita tentang style mereka.Kedua sisi itu adalah "what a person
is" dan "what a person does" Ya, seperti kesatuan pada uang logam itulah
Stephen Covey menyebutnya.

"What a person is" merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam hati
sanubari dan pikiran seseorang, yang membentuk suatu fondasi. Apakah
fondasinya kuat dan dalam sehingga bisa membentuk bangunan tinggi di
atasnya? Atau fondasi yang tipis, dangkal, dan terbuat dari bahanbahan
yang mudah rapuh sehingga mudah dirobohkan gelombang dan angin puting
beliung? Yang satu berdiri kokoh dan terhindar dari perbuatanperbuatan
nista, sedangkan yang satunya lagi tak bisa menjulang tinggi ke angkasa.

"What a person is" adalah refleksi dari sebuah karakter. Akar dari
sebuah pohon yang menancap ke dalam tanah. Kata seorang filosof,
karakter adalah "apa yang diucapkan oleh malaikat di hadapan Tuhan
tentang kita."Karakter tak dapat diciptakan meskipun Anda membayar mahal
pengamat- pengamat politik yang memiliki lembaga polling atau
pakar-pakar komunikasi yang bisa melatih Anda cara berbicara dan
menampilkan diri di hadapan publik.

Yang bisa dibangun itu cuma sebuah drama, yang disebut "reputasi
pencitraan". Karakter berbeda dengan "reputasi pencitraan".Menurut
filsuf tadi, reputasi itu dapat diumpamakan sebagai "apa yang diucapkan
oleh para pelayat yang hadir pada upacara pemakaman seorang tokoh".
Reputasi hanya mencerminkan apa yang tampak di garis luar, disampaikan
oleh orang-orang tertentu untuk "menghibur hati". Reputasi adalah ucapan
orang yang bisa tulus, bisa juga tidak. Bisa benar, bisa juga
dibenar-benarkan.

Namun,sekalipun karakter penting, ia belumlah cukup. Kata Jusuf Kalla,
karakter "jujur" saja tidak bisa memajukan suatu bangsa,apalagi
memecahkan masalah-masalah yang rumit. Karena itu, pemimpin juga diukur
dari "apa yang ia lakukan". Inilah yang dimaksud dengan Steven Covey
sebagai "What a person does".Dan "What a person does" merupakan cerminan
dari kedalaman kompetensi dan kematangan karier seseorang.

Mungkin seperti Anda lihat bagaimana Dahlan Iskan membuka pintu tol,
Jokowi menyetir mobil Esemka, Habibie membangun Dirgantara Indonesia
dengan menggebu-gebu atau Herb Kelleher menyambut penumpang pesawat yang
dipimpinnya (Southwest Air) dengan wig warna-warni sambil
membagi-bagikan permen dan bunga. Dengan demikian, latar belakang Anda
akan membentuk pribadi Anda.

Dahlan Iskan adalah seorang yang berjiwa wirausaha, setelah jatuh bangun
menjadi wartawan, ia membangun usahanya yang juga berbasiskan
jurnalistik. Maka ia pun menghendaki kemandirian, kejujuran, dan
kebebasan. Seperti waktunya yang bebas mendatangi narasumbernya, ia juga
ingin serbacepat dalam mengambil keputusan karena ia terbiasa bekerja
dengan informasi.

Demikian pula dengan JK yang dibesarkan dalam lingkungan berdarah
"saudagar". Ia memiliki kecepatan berpikir dalam lingkungan yang
dinamis. Mereka berdua berbeda dengan orang-orang yang meniti kariernya
dalam lingkungan birokratis yang harus berhati- hati dalam berbicara,
harus loyal,dan setia pada atasan serta merasa kekurangan walaupun
kekuasaannya besar.

Meski dibentuk oleh sejarah, saya kira setiap orang bisa belajar bahwa
kini segala sesuatunya telah berubah dan dunia menghendaki pemimpin yang
jujur,aktif,berpihak pada kepentingan rakyat, mendatangi, dan kreatif.

Sepintas tampaknya sulit, apalagi bila Anda dibesarkan dalam dunia yang
selalu membatasi ruang gerak Anda.Tetapi, saya ingin mengatakan dunia
ini menghendaki ada perubahan. Maka beradaptasilah dan perbaiki
leadership styleAnda.● RHENALD KASALI Ketua Program MM Universitas
Indonesia

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/485807/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.