Jumat, 13 April 2012

[Koran-Digital] Berhala Keserakahan Membawa Kehancuran

KESERAKAHAN telah menjadi berhala yang disembah manusia.
Keserakahan mengakibatkan hidup tidak selaras, tidak harmonis, dan
kemerosotan moral. Tata nilai pun jadi jungkir balik. Demikian petikan
pesan Uskup Agung Mgr Ignatius Suharyo saat misa Paskah di Gereja
Katedral Jakarta, baru-baru ini.

Bila dipandang dari perspektif dunia wayang, `makhluk' yang bernama
keserakahan itu ditempatkan di kelir sebelah kiri. Jadi, mereka yang
masuk kelompok kiri itu hidup dengan mengabdi kepada nafsu hitam.

Siapakah tokoh wayang yang bergumul di dunia kiri? Jawabannya sangat
banyak. Salah satu yang fenomenal ialah Dasamuka alias Rahwana. Raja
Alengka itu mewakili penggembala ulung keserakahan.

Coba kita lihat dari sudut etimologi. Dasa itu berarti sepuluh, muka
bisa disebut wajah atau kepala. Jadi, Dasamuka berarti berkepala
sepuluh. Itu merupakan simbol atas lebatnya nafsunafsu buruk dalam dirinya.

Dalam versi lain, Dasamuka digambarkan memiliki 20 tangan. Itu juga
lambang keserakahan dan angkara murka yang tidak terbatas.

Dalam perkeliran, Dasamuka sering dikisahkan sebagai raja yang tidak
pernah puas dengan semua yang telah dimiliki. Ia terus memburu apa pun
yang diinginkan. Demi mengejar itu, ia bengis dan tidak peduli walau
harus mengorbankan orang lain meskipun masih ada hubungan darah.

Kodratnya, anak pasangan Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi itu dianugerahi
kesaktian luar biasa. Ia memiliki aji rawarontek yang membuat tubuhnya
tidak bisa hancur dan tidak bisa hancur dan aji pancasona yang
menjadikannya tidak bisa mati tidak bisa m selama badannya masih
menyentuh tanah.

Selain itu, sulung dari empat bersaudara itu-adik-adiknya bernama
Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Gunawan Wibisana-masih memiliki berbagai
senjata ampuh. Di antaranya, pedang mantawa dan trisula candrasa. Dewi
Sri Sayangnya, semua modal berharga itu tidak untuk memayu-hayuning
jagat-menjaga ketenteraman dunia--tetapi sebaliknya, untuk merusak
tatanan dan peradaban dunia.
Kesaktiannya hanya digunakan demi memenuhi kesenangan atau kata hatinya
sendiri.

Siapa pun yang menghalangi kehendaknya akan dihabisi. Bukan hanya titah,
para dewa di Kahyangan pun bahkan diobrak-abrik. Dewa pun tidak mampu
menghentikan angkara murka Dasamuka.

Misalnya, ketika Dasamuka menyerang Suralaya untuk memperistri Dewi Sri,
dewa harus `kehilangan' tiga bidadari, yakni Dewi Tari, Dewi Aswani, dan
Dewi Triwati. Meski demikian, Dasamuka tidak puas.

Ia masih tetap menginginkan Dewi Sri hingga titisannya.

Kenapa Dasamuka begitu bernafsu memburu Dewi Sri? Ada keyakinannya bila
memiliki Dewi Sri, hidupnya akan tenteram selamanya.
Namun, berbagai upaya untuk memperistri Dewi Sri dan semua titisannya
selalu gagal. Itulah yang kerap menghiasi cerita atau lakon perkeliran
Dasamuka.

Salah satu cerita yang paling menarik ialah keinginannya memperistri
Dewi Sinta yang diyakini juga sebagai titisan Dewi Sri.
Meski Sinta telah menjadi istri Ramawijaya, Dasamuka tidak mundur. Ia
bahkan berhasil menculik putri Kerajaan Mantili itu.

Namun, meski sudah merayu Sinta selama 12 tahun di Taman Argasoka,
Alengka, Dasamuka tetap gagal mempersunting dia. Perbuatan itu justru
mengakibatkan petualangan hidupnya berakhir.

Sebenarnya Dasamuka tidak pernah mati.
Dasamuka yang melambangkan nafsu buruk tidak pernah lenyap. Dia-nafsu
keserakahan dan angkara murka--akan selalu hidup dan menitis kepada
siapa saja yang tidak mampu mengendalikan diri.

Karena itu, dalam seni pedalangan, Anoman diceritakan mengubur Dasamuka
dengan gunung.
Itu dimaksudkan agar nafsu buruk yang tidak bisa mati itu dibuat tidak
berkutik.
Jadi, yang bisa dilakukan ialah memenjarakan atau `mematikan' nafsu
angkara murka.

Kearifan lokal yang bisa dipetik dari cerita tersebut ialah kita harus
selalu mengunci nafsu-nafsu Dasamuka. Pesan Mgr Ignatius Suharyo
mengingatkan kita agar tidak menjadi budak nafsu kiri yang akan membawa
kehancuran. (Ono Sarwono/H-1)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/04/14/ArticleHtmls/Berhala-Keserakahan-Membawa-Kehancuran-14042012015014.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.