Hal itu akibat produsen melakukan `curi start' menaikkan harga komoditas walaupun harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi batal naik.
“Meski harga BBM tidak jadi naik, sebagian produsen sudah `curi start' kenaikan harga, mendahului penaikan harga BBM. Perkiraan saya inflasi Maret mendekati 1%,“ kata Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono, kemarin.
Ia memperkirakan inflasi rendah 3,79% tahun lalu tidak mungkin terulang. Apalagi jika harga BBM subsidi dinaikkan pada akhir tahun, inflasi bisa mencapai 4,5%-5%. “Namun, jika harga BBM naik karena harga minyak ICP rata-rata US$120, saya yakin pasti di atas 6%.“
Menurut Tony, Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuan (BI rate) pada 5,75%. Namun, jika nilai tukar rupiah tertekan pada 9.200 per dolar AS, BI rate perlu naik menjadi 6% untuk menyerap likuiditas.
Di berbagai wilayah, hargaharga komoditas telanjur naik meskipun penaikan harga BBM batal terjadi. Di Tegal, salah satu sentra perdagangan logam, harga barang-barang logam sudah naik hingga 10%.
Pedagang sembako di pasar tradisional Kabupaten Bojonegoro, Jatim, mengatakan harga komoditas yang telah mengalami kenaikan kemungkinan kecil bisa diturunkan.
Di Purwokerto, Jateng, harga-harga sembako seperti beras, minyak, gula pasir, yang sudah telanjur naik rata-rata 10% juga dilaporkan tidak tu run setelah harga BBM batal naik.
Di Bandung, harga berbagai jenis sayuran di pasar tradisional dalam beberapa hari ter akhir bahkan naik hingga 150%.
Terkait tarif angkutan umum, Sekjen Organisasi Pengusaha Angkutan Darat Andriansyah mengatakan, meskipun harga BBM batal naik, harga suku cadang telah naik sehingga pi haknya akan melakukan eva luasi untuk mengubah tarif lama yang dinilai perlu dinaikkan. (Tim/X-9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.