Kamis, 12 April 2012

[Koran-Digital] Impor Minyak atau MLM Minyak?

sudut pandang Impor Minyak atau MLM Minyak?
Oleh Nur Hasan Murtiaji

Korupsi minyak kembali mendaK pat perhatian. Menurut KPK, penggunaan
pihak ketiga atau perantara dalam pembelian minyak mentah berpotensi
merugikan negara. Pertamina, yang memiliki perusahaan perantara pembeli
minyak di Singapura mempersilakan KPK memeriksa Petral. BPH Migas
menyatakan hilir dari proses tender minyak di Petral masuk ke Pertamina.
Mungkinkah ada korupsi di sana? Sistem multilevel marketing (MLM)
terbukti cukup ampuh dalam memasarkan produk, apa pun itu barangnya. Tak
perlu pasang iklan di media cetak, online, televisi, atau media luar
ruang (billboard), cukup dengan bisik-bisik dari telinga ke te linga,
kenalan antarteman, kumpulkumpul arisan, bahkan melalui fo rum
pengajian, barang pun ber hasil terjual.

Penghematan besar-besaran dengan belanja iklan bisa diminimalisasi.
Keuntungan pada akhir nya bisa dinikmati sendiri oleh per usahaan MLM
(sebagai produsen), dan yang terpenting tentunya oleh perorangan si agen
pemasar.

Semakin banyak downline (te naga pemasar di bawah kita), sema kin besar
pula pendapatan yang ba kal diterima. Bisa jadi, dalam posisi level
tinggi tertentu, tak perlu kerja pun duit akan datang dengan sendirinya.
Top leader ini pun menjadi orang-orang kaya baru.

Apa saja barang yang dijual di MLM? Cukup beragam, mulai dari
obat-obatan, kosmetik, makanan, hingga peralatan rumah tangga.

Ba gaimana jika minyak mentah dijual melalui MLM? Sejauh ini memang
belum ada, meski MLM ter tentu ada yang menjual alat penghemat bahan
bakar dan oli.

Namun, praktik impor minyak yang dilakukan otoritas negeri ini kurang
lebih sama meski lebih banyak perbedaannya. Kesamaan setidaknya terlihat
dari sistem berjenjang dalam rantai impor minyak, yang mirip dengan
sistem penjenjangan di MLM. Ada perantara-perantara, yang mirip rantai
di MLM.

Adalah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Zulkarnaen yang
menyebutkan Indonesia masih membeli minyak dari luar negeri melalui jasa
perantara. Cara pembelian ini berpotensi menimbulkan penyimpang an dan
korupsi.

Pertanyaan Zulkarnaen, me nga pa Indonesia mesti mengguna kan jasa salah
satu perusahaan pe rantara atau agen yang ada di Si ngapura? Mengapa
Indonesia tidak membeli langsung dari negara pro du sen minyak? "Mengapa
tidak lang sung G to G (Pemerintah Indo ne sia dengan pemerintah negara
pro du sen minyak) saja? Kenapa ha

rus lewat perantara?" katanya.

Tidak tertutup kemungkinan, jika pembelian melalui perantara ini ada
permainan sehingga menguntungkan pihak-pihak tertentu. Siapa pihak
tertentu itu? Menurut Zulkarnaen bisa saja perusahaan perantara tersebut
atau dari perusahaan perantara itu kemudian dibagi lagi ke
pejabat-pejabat Indonesia.

"Bayangkan, belinya kan pakai dolar," kata Zulkarnaen. "Kita masih
mendalami dan mempelajari adanya dugaan korupsi (impor minyak lewat
perantara)."

Setelah New York (AS) dan London (Inggris), Singapura seolah menjadi
pelabuhan penghubung ketiga terbesar di dunia perdagangan minyak mentah
dan BBM. Singapura memiliki kilang penyimpanan minyak mentah
berkapasitas 90,1 juta barel. Nilai kontrak perdagangan minyak di sini
setiap tahunnya 375 miliar dolar AS.

Singapura juga menjadi rumah bagi produsen dan perusahaan trader minyak
raksasa dunia, seperti BP, Chevron, ExxonMobil, Shell, Total, Glencore,
Itochu, Trafigura, dan Vitol. Lebih dari 800 trader minyak profesional
berkantor di Singapura.

Direktur Utama Petral, Nawazir, anak perusahaan Pertamina yang selama
ini bertugas melakukan impor minyak mentah dan BBM mengklaim, pengadaan
impor minyak dilakukan transparan melalui tender. Peserta tendernya pun
perusahaan raksasa minyak dunia.

Di antaranya adalah BP, Shell, Chevron, ENI, ExxonMobil, StatOil, Total
Trading, PTT Thailand, dan Itochu. Akan sulit, menurutnya, jika tender
itu direkayasa untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Kendati, dalam list mitra Petral itu tak sedikit yang trading company,
bukan national oil company.

Proses tendernya memang transparan, tapi tetap pertanyaan Zulkarnaen
menggelitik otak rasional kita. Mengapa impor tidak langsung ke
penghasil minyak saja?

http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/04/13/ArticleHtmls/sudut-pandang-Impor-Minyak-atau-MLM-Minyak-13042012010020.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.