Minggu, 15 April 2012

[Koran-Digital] MOHAMAD SOBARY : Gerakan Sosial Kaum Tani dalam Politik

Gerakan Sosial Kaum Tani dalam Politik PDF Print
Monday, 16 April 2012
Kajian-kajian sejarah melalui arsip yang disimpan di negeri Belanda,
yang memuat gerakangerakan protes kaum tani pada abad 19, memberi
kesaksian kepada kita bahwa sejak dulu yang namanya kaum tani,yang
kelihatannya lugu dan kurang pengalaman––di masa itu memang lugu dan
kurang pengalaman––, memiliki satu hal yang kini tak lagi ada pada kita:
militansi.

Kita sekarang menjadi lembek. Cenderung menyerah dan tak berdaya?
Sejarawan Sartono Kartodirdjo meraih gengsi dan nama besar dari
kajian-kajiannya. Protest Movement in Rural Java yang berisi kajian
mendalam kasus demi kasus gerakan protes kaum tani,yang militan dan
berani tadi, juga menggambarkan situasi politik yang jelas: zaman resah,
zaman penuh ketidakpastian, dengan hanya satu hal yang pasti,keterancaman.

Hidup petani terancam.Pajak makin berat.Bahkan barang siapa punya
kepala—dan tiap orang pasti punya—harus juga dipajaki. Petani tak
berdaya sama sekali. Karena itu mereka melakukan gerakan-gerakan protes
tadi. Dan sifatnya sporadis, tak berani terlalu terangterangan. Tapi
melawan adalah melawan.Mereka antipenjajah yang kelewat menindas.

Buku kedua, hasil kajian yang ditulis sebagai disertasi doktornya,
Peasant Revolt of Banten, 1888 mengidentifikasi watak nativistis dan
anti asing dengan sangat jelas. Selain membela kepentingan mereka yang
tertindas oleh beban pajak yang berat, mereka juga menggunakan ideologi
keagamaan yang nyata. Maka,para kiai tarekat,yang dianggap terpandang,
berpengaruh luas, dan memiliki kesaktian luar biasa, terlibat di
dalamnya dan mereka memegang tampuk pimpinan.

Mereka menggalakkan kaum tani yang sudah militan itu dengan memberi
jimat-jimat dan kekuatan besar. Dan perlawanan revolusioner itu menyebar
ke seluruh wilayah Banten sambil berharap munculnya kembali kedaulatan
Kesultanan Banten yang bisa mereka harapkan menjadi pelindung yang
membawa rasa tenteram dan damai. Kebutuhan akan perlindungan itu
penting. Rasa tenteram dan damai sangat penting. Dan itu yang tak mereka
miliki.

Dan mereka yang berjuang hanya dengan militansi itu kalah.Dan
diremehkan. Di luar kajian sejarawan Sartono Kartodirdjo masih muncul
gerakan kaum tani di bawah Partai Komunis Indonesia yang menjanjikan
kepada para petani pembagian tanah agar tiap petani punya tanah dan bisa
menikmati hidup adil. Ini berbeda jauh dari corak gerakan yang dikaji
dari sudut sejarah tersebut.

Tapi ini pun mengangkat kembali kaum tani ke permukaan politik.Dengan
sikap lebih keras.Lebih politis. Dan Partai Komunis Indonesia (PKI)
memberi pemerintah kekuatan politis, yang digunakan secara curang dan
seenaknya sendiri: tiap kekuatan mengkritik dianggap melawan pemerintah
dan dianggap subversif. Orangnya atau kelompoknya lalu dicap PKI.Dengan
cap PKI itu, orang atau kelompok langsung mati. Di masa Orde Baru pun
masih tetap ada gerakan protes kaum tani yang mempertahankan hak atas
tanah mereka.Protes petani Jenggawah, Jember,merupakan contoh kekuatan
politik rakyat yang tak mau dibungkam begitu saja oleh sepatu tentara.

Tapi ini gerakan berbasis hak dan tidak merupakan gerakan
ideologis-politis seperti gerakan kaum tani sebelumnya. Dalam
perkembangan lebih lanjut,sejak1980-an,adayangdisebut sebagai "Gerakan
Sosial Baru". Modus lama yang merupakan "gerakan kaum tani" dianggap
sudah tertinggal oleh zaman. Isi gerakan baru lebih merupakan usaha
merebut hakhak rakyat yang sudah dijamin di dalam konstitusi. Tapi juga
dirasuki oleh pencerahan pemikiran kaum feminis.

Gerakan perlindungan terhadap kaum perempuan, yang juga memiliki hak-hak
sosial, ekonomi, dan kultural, tak boleh berhenti hanya pada
kalimat-kalimat jaminan. Gerakan itu justru muncul dari bawah untuk
memastikan bahwa yang berkuasa sungguhsungguh melaksanakan konstitusi
yang menjanjikan perlindungan hak-hak mereka. Dengan kata lain, gerakan
mereka terutama menuntut hak yang sudah dijanjikan.

Namun di sana sini terkadang tampil ideologi yang oleh pemerintah
dicemooh secara apriori sebagai ideologi Barat tanpa memerinci apa
maknanya Barat dan di mana kelemahan ideologi itu jika harus
dipraktikkan di negeri yang bukan Barat ini. Selain feminisme, gerakan
penghutanan kembali dan pemeliharaan hutan berbasis masyarakat, gerakan
perempuan untuk mengontrol jalannya pemerintahan yang harus berbasis
good governance,

gerakan parlemen bersih,dan berbagai macam gerakan memperjuangkan
kepentingan rakyat agar mereka meraih hak-hak mereka tadi patut dicatat
sebagai pembawa angin segar dalam kehidupan politik rakyat yang enggan
menjadi korban politik terus menerus. Tapi ketika muncul lagi gerakan
petani tembakau memprotes ketidakadilan tata kelola pemerintahan yang
lebih memojokkan dan mempersulit kaum tani itu, kita diingatkan
kembalinya corak gerakan petani abad ke-19 seperti disebut di atas.

Mereka petani, terorganisasi, dengan militansi, tapi sifat gerakannya
juga menuntut hak seperti corak gerakan sosial baru tersebut.
Bentukgerakanmerekakhas cara baru: demo, mengajukan judicial review,
menuntut ke pengadilan atas peraturan perundangan yang dibuat secara
sepihak, dan lebih mengadopsi kepentinganasing. Bahkan,harus dicatat,
peraturan perundangan itu memang dibuat karena desakan lobi-lobi asing
untuk kepentingan asing sambil dengan sendirinya menyengsarakan
rakyat,kaum tani itu sendiri.

Desakan pemerintah agar petani tembakau beralih ke tanaman lain, bahkan
Gubernur Jawa Tengah merangsang dengan iming-iming: petani yang beralih
dari tanaman tembakau ke tanaman lain didukung dan diberi uang.Ini mirip
peraturan tanam paksa dulu.Kepentingannya jelas: buat bangsa asing. Tak
peduli gubernurnya orang kampung di situ-situ juga. Kaum tani bergerak.

Kaum tani di bawah NU bahkan telah merencanakan bakal melakukan gerakan
menuntut peninjauan semua jenis perundangan yang lebih memihak bangsa
asing. Ini bakal "meriah" karena perasaan ketertindasan petani sudah
memuncak. Kalau pemerintah tak sesensitif terhadap ini, repot mereka.

Menang atau kalah, mereka dicap terkutuk,karena melindungi bangsa
asing.Juga terutama oleh petani tembakau yang hingga kini tetap gigih
menuntut dan menuntut agar pemerintah mau belajar lebih adil, lebih
nasionalistis. Pemerintah hendaknya melindungi bangsanya sendiri,bukan
mengabdi kepentingan asing.●

MOHAMAD SOBARY
Esais, Anggota Pengurus Masyarakat
Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi,
Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan
Cengkih, buat Kesehatan.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/486712/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.