Jumat, 13 April 2012

[Koran-Digital] T Wijaya : Tungku Perahu, Jejak Awal Industri Nusantara

  
Tungku Perahu, Jejak Awal Industri Nusantara
T Wijaya Pekerja budaya

Teknologi rumah panggung yang dikembangkan masyarakat juga menjadi pertimbangan pemerintah atau masyarakat dalam membangun permukiman di Indonesia."

BANYAK sejarawan menulis bahwa komoditas yang banyak dijual atau dikirim oleh masyarakat di Tanah Air ke pihak asing yakni hasil bumi, seperti tulang penyu, gading gajah, batu bermutu, mutiara, kayu bermutu seperti cendana, gaharu, damar, rempah-rempah, serta tumbuhan untuk obat. Sementara itu, masyarakat Nusantara membeli komoditas hasil industri seperti barang pecahbelah, kain katun, sutra, gula, dan cokelat.

Tak mengherankan apabila pada saat kekinian, terkesan masyarakat Indonesia memiliki sejarah yang muda dalam dunia industri. Dampaknya, pemerintah pusat dan daerah di Indonesia lebih terfokus pada pengembangan ekonomi yang lebih mengandalkan produksi hasil bumi ketimbang hasil industri. Kalaupun industri yang dikembangkan lebih

mengelola hasil bumi menjadi bahan baku, itu bukan produk yang siap pakai.

Catatan sejarah tersebut mulai diragukan. Berdasarkan penemuan dan penelitian sejumlah tembikar pada situssitus arkeologi masa Kerajaan Sriwijaya (VIII-XIII Masehi) hingga Kesultanan Palembang oleh Balai Arkeologi Palembang, terdapat kesamaan bentuk, bahan, dan pengolahan tembikar, yang saat ini masih bertahan di Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan. Kayuagung ialah kota yang berjarak sekitar 65 kilometer dari Palembang, yang dibelah Sungai Komering.

Selanjutnya dengan adanya industri perahu kajang-masyarakat lokal menyebutnya perahu kijing--di Kayuagung, yang telah tumbuh sejak masa pra-Sriwijaya, diperkirakan produk tembikar di Kayuagung disebarkan ke berbagai permukiman di Asia Tenggara.

Saat ini jejak industri tembikar yang masih terkait dengan sebelum dan di masa Kerajaan Sriwijaya ialah tungku perahu, yang masih diproduksi masyarakat Dusun Kedaton dan Kotaraya.

Disebut tungku perahu, selain sering digunakan untuk memasak di atas perahu, juga karena bentuknya yang lonjong dengan posisi melengkung di depan dan datar di belakang, serta tiga tonjolan berbentuk lidah babi di permukaan yang berfungsi untuk dudukan wadah, sehingga terlihat seperti perahu. Bahan baku tungku perahu ini tanah liat warna hitam dan abu-abu yang didapatkan dari persawahan, sedangkan campuran berupa pasir halus yang mengandung banyak pyrite—disebut pasir emas—didapatkan dari sebuah lebak di Sungai Komering, yaitu Lebak Merlung.

Menurut arkeolog Nurhadi Rangkuti, tungku perahu itu mengingatkan para arkeolog akan berbagai penemuan tembikar pada situs-situs kuno, baik di masa prasejarah di Asia

Tenggara maupun pada masa Kerajaan Sriwijaya. Tungku perahu itu juga ditemukan pada Situs Bukit Tengkorak di sebelah timur Sabah, Malaysia.

Situs itu diperkirakan dari masa 4.340 sebelum Masehi.

Tradisi industri Semangat pengembangan industri pada masyarakat Kayuagung ataupun di sekitarnya--khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir--masih terasa sampai sekarang.

Bila di masa lalu mereka memproduksi tembikar, tikar, perahu, periuk atau wajan, dan senjata tajam seperti pisau dan parang, pada masa modern mereka pun mampu memproduksi senjata api--senjata api rakitan-badan mobil, rumah panggung kayu knockdown, dan lainnya.

Pada abad pertengahan, produk periuk atau wajan yang diproduksi dari Kayuagung sangat menguasai pasar di Batavia atau Jakarta.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kawasan permukiman Tanjung Priok di Jakarta dimulai dari sebuah toko yang memperdagangkan periuk-periuk dari Kayuagung.

Di masa modern, masyarakat di OKI dan OI juga memproduksi benda-benda modern, seperti senjata api berlaras pendek dan panjang. Senjata api yang diproduksi itu biasa disebut senjata api rakitan.

Peluru yang dipakai yaitu paku atau bijih besi.

Bukan itu saja. Sejumlah tukang kayu seperti di Tanjungraja, Tanjungatap, dan Tanjungbatu mengembangkan pembuatan badan mobil untuk bus, truk, dan minibus yang biasa digunakan untuk ang

kutan kota.

Bahkan, sebelum di dunia Barat, di daerah itu sudah dikembangkan rumah panggung kayu bongkar pasang. Rumahrumah panggung knockdown itu sudah menyebar ke berbagai daerah di Sumatra Selatan, termasuk Jakarta, Jawa, Malaysia, dan Bali.

Industri rumah tangga yang masih bertahan di OKI, OI, dan Palembang pada saat ini antara lain industri kain songket dan tajung, pembuatan tungku perahu, tikar, periuk, peralatan dapur dari alumunium seperti dandang, pisau dapur, cetakan kue, serta rumah panggung knockdown dan badan mobil dari kayu. Adapun senjata api rakitan, lantaran dilarang, mulai sulit ditemukan.
Potensi ekonomi kreatif Industri yang dikerjakan masyarakat dengan menggunakan tangan atau peralatan sederhana dengan bahan yang didapatkan dari lingkungan sekitar atau bahan bekas, yang berkembang dari masa prasejarah hingga saat ini, membuktikan masyarakat di Nusantara--khususnya di Sumatra Selatan--sudah mengambil peran penting dalam peradaban dunia. Bukan semata sebagai bangsa yang menjual produk hasil bumi--dari kayu hingga minyak bumi dan gas-lalu mengonsumsi semua produk industri dari luar negeri, seperti peralatan rumah tangga, termasuk peniti.

Maka itu, terkait dengan ekonomi kreatif yang digemborkan pemerintah, tampaknya industri-industri rumah tangga yang masih tumbuh di masyarakat, seperti yang ada di OKI, OI, dan Palembang, harus menjadi prioritas yang dikembangkan. Baik sebagai industri kebutuhan rumah tangga atau juga sebagai komoditas seni, yang dapat dijualbelikan secara nasional dan internasional.

Teknologi rumah panggung yang dikembangkan masyarakat juga menjadi pertimbangan pemerintah atau masyarakat dalam membangun per mu kim an di Indonesia, yang saat ini tidak begitu arif dengan lingkungan. Contohnya pembangunan perumahan bergaya Eropa atau Romawi, rumah toko (ruko), yang terpaksa menimbun rawa-rawa dan sungai, memangkas bukit, sehingga merusak dan mengubah karakter masyarakat, baik di wilayah pesisir maupun dataran tinggi.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/04/14/ArticleHtmls/Tungku-Perahu-Jejak-Awal-Industri-Nusantara-14042012012032.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.