Senin, 09 April 2012

[Koran-Digital] TAJUK, Mengatasi Migrasi Pengguna Pertamax

TAJUK, Mengatasi Migrasi Pengguna Pertamax PDF Print
Tuesday, 10 April 2012
Migrasi pemakai bahan bakar minyak (BBM) dari pertamax ke premium (BBM
subsidi) makin deras menyusul perbedaan (disparitas) harga yang kian
tajam. Dalam beberapa pekan terakhir ini,para pengguna jejaring sosial
ramai memperbincangkan mobil mewah yang ikut menikmati premium, bahkan
sejumlah kamera televisi menangkap basah mobil tersebut "menyedot" bahan
bakar yang bukan peruntukannya.

Pihak berwenang tak bisa memberi sanksi karena pemilik mobil mewah tak
melanggar aturan. Secara detail memang belum ada angka yang menjelaskan
seberapa banyak pengguna pertamax beralih mengonsumsi premium. Namun,
secara rasional sangat wajar bila terjadi migrasi
besar-besaran.Bayangkan,disparitas harga dari Rp4.500 per liter
(premium) ke Rp10.200 per liter (pertamax) mencapai Rp5.700 per liter.

Sebagai konsekuensinya, anggaran subsidi sudah pasti ikut terdongkrak
yang ujung-ujungnya bisa mengorbankan anggaran pembangunan lainnya. Hal
ini tak perlu kita perdebatkan sebab sudah menjadi keputusan bahwa harga
BBM subsidi tak dinaikkan untuk sementara ini. Migrasi pengguna pertamax
ke premium, sepertinya membenarkan kajian Bank Dunia yang bertajuk
"Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia"yang dirilis awal April ini.

Kajian tersebut menegaskan bahwa subsidi BBM yang diberikan pemerintah
menguntungkan rumah tangga kelas menengah ke atas. Sebagai ilustrasi,
pemilik mobil yang menggunakan 50 liter BBM subsidi menerima manfaat
Rp1.115.000 per bulan. Sedangkan pemilik sepeda motor yang mengonsumsi
lima liter premium per minggu menikmati subsidi Rp111.000 per bulan atau
sepuluh kali lipat yang didapatkan pengguna mobil.

Bagaimana dengan masyarakat miskin tanpa mobil dan sepeda motor? Kajian
Bank Dunia membeberkan bahwa masyarakat miskin tetap mendapat manfaat
secara langsung,namun kadarnya kecil sekali, selain manfaat tidak
langsung dari rendahnya biaya transportasi. Terus terang saja, membahas
porsi subsidi BBM untuk orang miskin itu sudah basi. Sekarang yang harus
dipertanyakan upaya apa pemerintah untuk menekan harga-harga bahan pokok
yang telanjur naik mengawali rencana kenaikan harga BBM subsidi yang gagal.

Selain itu,migrasi pengguna pertamax juga tak bisa dibiarkan terus
berlangsung, harus ada upaya konkret dari pengambil kebijakan. Saat ini
berkembang beberapa usulan di antaranya diungkapkan Wakil Menteri Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo. Untuk melakukan
penghematan BBM subsidi,guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu
mengusulkan tiga langkah yang harus diterapkan.

Pertama,harus ada aturan bahwa angkutan umum dan sepeda motor bisa pakai
premium. Kedua, perlu aturan bahwa mobil pribadi 1.500 cc ke atas wajib
menggunakan pertamax. Ketiga,harus ada aturan mobil pribadi di bawah
1.500 cc wajib mengonsumsi premix (RON 90). Rupanya,usulan ketiga soal
penggunaan premix tersebut mendapat respons serius dari sejumlah
kalangan.Bahan bakar premix yang dimaksudkan adalah campuran 50% premium
dan 50% pertamax pada kisaran harga Rp7.200 per liter.

Penggunaan premix diyakini bisa menghemat BBM subsidi karena separuh
memanfaatkan subsidi dan setengah dikenakan harga pasar.Namun, usulan
tersebut sepertinya sulit direalisasikan sepanjang masih ada unsur
subsidi di dalamnya,pemerintah pasti akan bolak-balik rapat dengan DPR
yang belum tentu direstui.

Selain itu,produksi bensin yang beroktan 90 itu juga secara teknis sulit
diwujudkan. Kalau pemerintah mau bertindak ekstrem sedikit, usulan
kendaraan pribadi di atas 2000 cc wajib pakai pertamax perlu
ditindaklanjuti.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/485041/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.