Senin, 09 April 2012

[Koran-Digital] ANDREAS AMBESA: The Triumvirat Nitemare

The Triumvirat Nitemare PDF Print
Tuesday, 10 April 2012
Gerakan membentuk triumvirat selalu berhembus di tengahtengah
ketidakpastian suatu rezim yang berkuasa. Kadang hembusan ini menerpa
rezim yang dianggap diktator maupun lemah dalam kepemimpinan dan hilang
timbul silih berganti mengikuti arah angin pergi.

Sinyalemen gerakan ini menjadi kontroversi bukan saja dari perspektif
filosofi demokrasi, melainkan juga lantaran muncul "bau tak sedap"
manuver politik kelompok tertentu untuk menggolkan kepentingannya.
Manuver itu terlihat dari ada usaha untuk menjatuhkan rezim Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono atau merebut kursi kekuasaan dengan
cara-cara tak demokratis memakai isu kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM).Terlihat ada pihak-pihak tertentu mengambil keuntungan politik
dari berbagai unjuk rasa tersebut meski tetap belum cukup besar untuk
berujung pada usaha penggulingan.

Hal ini tentu merupakan mimpi buruk dan kita prihatin jika pemerintahan
ini harus berhenti di tengah jalan dan yang akan menjalankan negara
adalah kolegial dari triumvirat (dalam konteks Indonesia adalah menteri
luar negeri, menteri dalam negeri, dan menteri pertahanan). Triumvirat
merupakan tritunggal, tiga serangkai sebagai suatu kesatuan yang
memegang pemerintahan atau kekuasaan.

Seandainya tritunggal yang akan mengendalikan pemerintahan sementara itu
terbentuk, banyak pihak yang tidak setuju mengingat Menteri Pertahanan
(Purnomo Yusgiantoro), Menteri Dalam Negeri (Gamawan Fauzi), dan Menteri
Luar Negeri (Marty Natalegawa) yang menjabat saat ini merupakan figur
yang lemah dan konstitusi kita hanya menyiapkan pijakan konstitusi
terkait pengganti presiden/wapres hanya terbatas pada lapis triumvirat.
Tidak ada antisipasi konstitusi berikutnya.

Inilah yang dikhawatirkan para ahli hukum tata negara di republik ini
dan mengistilahkan situasi ini dengan krisis konstitusi yakni terjadi
sebuah kebuntuan ketatanegaraan yang tidak ada solusinya di dalam
Undang- Undang Dasar. Tak bisa dibayangkan jika benar terjadi krisis
konstitusi ini. Semua tatanan demokrasi yang telah dibangun pasca-Orde
Baru akan hancur berantakan. Ekonomi akan lumpuh, investasi asing akan
hengkang, kepercayaan dunia merosot, dan demokrasi ini akan tumbang.

Berbagai pertanyaan mengemuka seandainya sebelum dimakzulkan misalnya
Presiden menyatakan kabinet demisioner. Maka tentu tidak akan pernah ada
triumvirat. Yang akan memegang kendali saat itu hanya tinggal dua
institusi yang eksis yaitu Panglima TNI dan Kapolri. Walaupun gerakan
triumvirat tersebut belum cukup solid untuk berbuahkan sebuah
kudeta,melihat situasi ini,Presiden SBY seyogianya semakin memperkokoh
gaya kepemimpinannya.

Segera menghentikan politik pencitraan hanya untuk kepentingan
pribadi,keluarga, dan partainya. Lakukanlah kebijakan-kebijakan
prorakyat yang dalam dua tahun masa kepemimpinannya yang tersisa. Bangsa
dan negara ini sedang mengalami krisis multidimensi mulai dari krisis
ekonomi, politik, budaya, hukum, dan keamanan.Kita sadari bahwa semua
krisis itu bersumber dari krisis moral dan kepercayaan terutama pada
mereka yang diberi kepercayaan oleh rakyat untuk menjadi pemimpin.

Krisis-krisis tersebut mengakibatkan krisis kepercayaan rakyat terhadap
para pemimpinnya karena para pemimpin belum berhasil membawa bangsa ini
keluar dari krisis multidimensi yang berkepanjangan. Hal ini diperparah
lagi dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia di mana kita
merupakan bagian yang tidak terpisahkan darinya. Presiden SBY boleh
bangga mengatakan sejak merdeka hingga saat ini sejarah mencatat
Indonesia telah mengalami kenaikan harga BBM sebanyak 38 kali.

Tujuh kali pada masa Reformasi, termasuk pada era Presiden Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) dan era Presiden Megawati. Tiga kali kenaikan dan tiga
kali penurunan dalam masa kepemimpinannya (SBY). SBY lupa pro-kontra
masalah kenaikan BBM akan terus menguras energi bangsa. Demokrasi yang
sedang kita jalani belum diimbangi dengan pemimpin-pemimpin berkualitas
yang benar-benar menjalankan amanat kepemimpinannya.

Kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan berbagai skandal
penyimpangan menghiasi pemberitaan media massa hampir setiap
hari.Walaupun kenaikan harga BBM bersubsidi ditunda, harga kebutuhan
pokok sudah meroket. Tanpa perbaikan nyata dan hanya melakukan
keluhan-keluhan yang dihadapi membuat gerakan triumvirat terus
membayangi pemerintahannya.Akhirnya mimpi buruk tersebut tidak hilang
dan bangsa ini akan semakin terpuruk.

Turut sertanya tentara dalam pengamanan demo mahasiswa tentang BBM akhir
Maret lalu—walaupun sebatas di objek vital seperti Istana,pelabuhan,
bandara,dan jalan tol— semoga bukan sinyal untuk "menggebuk" kelompok
yang berseberangan dengannya. Pengerahan aparat TNI itu semakin membuat
situasi kontradiktif karena tidak sesuai Konstitusi dan Undang- Undang
terkait Pertahanan dan Pembagian Peran TNIPolri. Sikap yang diambil
pemerintah ini merupakan kontra produktif secara politik yang
memperlihatkan ekspresi kekuasaan berlebihan dari pihak penguasa.

Ini akan membuat peluang kelompok yang menentang rezim SBYBoediono
semakin "mendapat angin" untuk menghentikan pemerintahan ini di tengah
jalan ditambah pula kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik bagi
masyarakat. ANDREAS AMBESA Anggota Task Force Komunikasi Politik DPP
Partai NasDem

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/485039/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.