Minggu, 15 April 2012

[Koran-Digital] CYRILLUS HARINOWO: Sisa Anggaran DKI Jakarta

Sisa Anggaran DKI Jakarta PDF Print
Monday, 16 April 2012
Dua pekan lalu, media massa memberitakan perihal sisa lebih penggunaan
anggaran (silpa) DKI Jakarta yang mencapai Rp6,47 triliun.Jumlah itu
sekitar 20% dari seluruh APBD DKI tahun 2011 yang berjumlah Rp31,7 triliun.

Sisa lebih penggunaan anggaran ditentukan dua hal,yaitu terjadinya
realisasi penerimaan anggaran yang lebih besar dan tidak tercapainya
anggaran pengeluaran. Pada faktor pertama, yaitu terlampauinya realisasi
penerimaan daerah dibandingkan dengan yang dianggarkan, kita patut
bersyukur, ternyata potensi penerimaan anggaran melampaui apa yang kita
bayangkan sebelumnya. Sedangkan tidak tercapainya realisasi pengeluaran
bisa menggambarkan beberapa hal.Pertama,perencanaan anggaran yang tidak
optimal.

Dalam hal ini sering terjadi tarikmenarik kepentingan politik antara
pemerintah daerah dengan DPRD. Kedua, berbagai hambatan yang terjadi di
lapangan saat pengerjaan proyek dilakukan. Dengan melihat silpa sebesar
itu, saya justru merasa heran bahwa tidak banyak komentar yang muncul di
media mengenai sisa anggaran tersebut. Padahal dengan jumlah uang
tersebut, begitu banyak hal bisa dilakukan.

Sebagai contoh pengembangan bus Transjakarta. Sebagaimana yang dapat
kita saksikan dengan mudah, sistem busway yang dikembangkan di Jakarta
sebetulnya merupakan suatu program yang perlu mendapat acungan jempol.
Program ini telah mampu mengangkut ratusan ribu masyarakat Jakarta
setiap harinya untuk mobilitas mereka, baik ke tempat kerja maupun ke
tujuan lainnya.

Namun, untuk jalur Blok M– Kota saja, yang merupakan jalur utama, kita
dengan mudah melihat banyaknya halte maupun jembatan ke arah halte yang
memerlukan perawatan, busbus yang secara perlahan mulai dimakan usia,
jumlah armada yang belum mencukupi, dan sebagainya. Dengan sisa anggaran
tersebut, Pemda DKI mestinya dengan mudah bisa menambah jumlah serta
memperbaharui armada untuk busway sehingga koridor Blok M–Kota mungkin
bisa merasakan bus-bus baru.

Katakanlah dengan jumlah sampai 200 bus, untuk menggantikan bus lama
yang setelah direkondisi dapat dipergunakan kembali untuk menambah
armada pada koridor lainnya. Jumlah bus sebanyak 200 unit tadi
memerlukan anggaran yang tidak melampaui Rp300 miliar. Ini berarti,
dengan hanya 7% dari sisa anggaran di tahun 2011 saja, program busway
akan memperoleh dorongan luar biasa.

Sisa anggaran tersebut dapat juga digunakan untuk membantu PT Kereta Api
Indonesia dengan melakukan pengembangan jaringan kereta komuter yang
nyata-nyata sudah berhasil mengangkut ratusan ribu penumpang.
Berdasarkan pengalaman banyak orang,kereta komuter Jabotabek sungguh
merupakan suatu fasilitas yang sangat memudahkan masyarakat dalam
mobilitas mereka setiap harinya.

Melalui kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia,Pemerintah DKI
sebetulnya dapat memberikan sumbangsih yang sangat besar
dalamhalpembaharuandanpenambahan armada, perbaikan sarana jalur rel,
bahkan pembangunan jalur-jalur yang baru. Jika kita membahas tentang
mass rapid transit (MRT) yang direncanakan mulai beroperasi di
2016,begitu lama pemerintah pusat dan daerah merencanakannya.

Jika pembangunan satu jalur memerlukan Rp16 triliun, yang akan dilunasi
pemerintah dalam jangka waktu cukup panjang, misalnya 30 sampai 40
tahun, maka kemampuan keuangan yang dimiliki DKI saat ini sangat
memungkinkan pengembangan jalur lainnya dalam waktu yang bersamaan tanpa
harus menunggu secara sekuensial pengembangan satu jalur sesudah jalur
lainnya.

Dengan menyediakan Rp1 triliun setiap tahunnya,ditambah dengan
pembiayaan dari perbankan misalnya, jaringan MRT akan segera dapat
terlaksana sehingga secara drastis akan mengurangi kepadatan lalu lintas
di Jakarta. Oleh karena itu, tercapainya sisa anggaran seperti itu bukan
tidak mungkin menunjukkan kelelahan birokrasi mencari
terobosan-terobosan baru dalam mengatasi masalah sehingga kecepatan
kemampuan keuangan pemda justru melampaui kemampuan birokrasi untuk
memanfaatkannya.

Dengan latar belakang semacam itu, saya sungguh berharap, pemerintah
daerah yang baru hasil pilkada nanti secara cepat mengembangkan banyak
pemikiran baru, berpikir out of the box, sehingga banyak hal yang
menjadi kelemahan Jabotabek seperti kemacetan lalu lintas,kekurangan
transportasi massal, banjir dan masih kurangnya jalur hijau pada
akhirnya secara cepat bisa dikurangi. Dari silpa yang sedemikian besar
dan terus meningkat setiap tahunnya, semakin jelas tampak,
permasalahannya bukan pada kekurangan dana, tetapi lebih pada kemampuan
birokrasi daerah untuk menangani berbagai masalah tersebut.

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/486741/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.