Minggu, 15 April 2012

[Koran-Digital] Menyesal Jadi Politisi, Sedang Menulis Buku tentang Bung Hatta

Menyesal Jadi Politisi, Sedang Menulis Buku tentang Bung Hatta PDF Print
Monday, 16 April 2012
Banyak orang yang ingin jadi anggota parlemen. Senang ya Pak jadi politisi?

Hingga hari ini saya kadangkadang masih menyesal berhenti dan keluar
dari pekerjaan sebagai dosen.Saya merasa hidup saya lebih nyaman sebagai
dosen.Rasanya lebih tenteram. Apalagi kalau publik sedang menghujat
politisi,parpol,DPR, presiden,pejabat negara/pemerintahan karena
korupsi. Saya suka lemas dan sedih karena saya juga politisi. Saya di
politik hampir 20 tahun dan tidak bisa memperbaiki keadaan. Saya merasa
lemah sekali. Jangan-jangan saya ini memang cuma seorang guru, pendidik,
dan mubalig Muhammadiyah saja.

Dengan posisi sekarang sebagai wakil ketua MPR, belum juga bisa membuat
perubahan?

Sejak 1997, sejak masuk DPR, saya selalu lebih aktif di MPR. Saya
menjadi anggota Badan Pekerja MPR, anggota Panitia Ad Hoc MPR yang
membahas UUD,Tap MPR,pertanggungjawaban presiden,GBHN, dan
lainnya.Pokoknya masalahmasalah yang tidak terlalu politik praktis
seperti di DPR. Di MPR kan yang dibicarakan soal-soal yang lebih
fundamental. Soal dasar-dasar negara, soal-soal NKRI. Jadi ada dimensi
kenegarawanannya. Dan kami di MPR mendorong perubahan ke arah yang lebih
baik melalui itu semua.

Bagaimana awalnya Bapak terjun ke dunia politik?

Saya sebetulnya tidak punya cita-cita menjadi politisi.Tidak pandai
lobi-lobi, tidak lancar berkomunikasi, bahkan saya cenderung kurang
pergaulan. Saya agak introvert.Saya hanya bercita-cita menjadi aktivis
Muhammadiyah yang bergerak di tataran kultural seperti dakwah,
pendidikan,sosial,dan budaya. Lalu pada 1995–1996, saya diajak Mas Din
Syamsuddin. Katanya perlu ada orang Muhammadiyah di Partai Golkar.

Ya sudah,akhirnya saya masuk Golkar, kemudian menjadi anggota DPR.
Setelah reformasi, Mas Din mengajak saya keluar dari Golkar dan aktif
lagi di Muhammadiyah. Waktu itu dia bilang,"Mas, rasanya sudah cukup
kita di Golkar. Kita keluar saja kembali mengurus Muhammadiyah. Dulu
nggak ada orang Muhammadiyah di politik, sekarang sudah banyak orang
Muhammadiyah yang berpolitik."

Bagaimana respons Bapak?

Waktu itu awal reformasi kan Golkar dihujat banyak orang. Sambil guyon
saya bilang ke Mas Din Syamsuddin, "Enak saja mengajak keluar setelah
dulu mengajak masuk. Nggak mau keluar saya. Ini lagi enak-enaknya
kokkeluar! He he he."Akhirnya saya tetap di Golkar, sementara dia (Din
Syamsuddin) keluar. Dia kemudian menjadi ketua umum PP Muhammadiyah.

Apa yang membuat Bapak memutuskan tetap di Partai Golkar?

Selain karena sudah merasa klop,yakarena saya PNS (pegawai negeri
sipil),yaitu dosen di Universitas Diponegoro. Dulu kan PNS harus Golkar.
Golkar jalur B atau "Golkar kantoran". Golkar karena kantor, bukan
Golkar politik.

Dengankegiatanyangsangat sibuk,bagaimana Bapak membagi waktu dengan
keluarga?

Anak-anak saya sudah dewasa semua.Jadi soal waktu sudah tidak masalah
lagi. Mereka semua kuliah di dalam negeri, ITB (Institut Teknologi
Bandung), Unpad (Universitas Padjadjaran),dan Unpar (Universitas Katolik
Parahyangan). Si sulung yang baru lulus ITB akan melanjutkan studi
magisternya di Australia. Tapi meskipun tinggal di tempat berbeda,
komunikasi tetap lancar. Sekarang zaman sudah canggih kok. Anak-anak
saya juga sangat moderat dan mandiri.

Di saat luang, kegiatan apa yang biasa Bapak lakukan?

Saya paling suka berburu buku ke toko buku. Meski sibuk,saya tetap saja
membaca dan menulis.Jumlah buku yang saya baca dan simpan sejak
mahasiswa tahun 1980-an hingga kini mungkin sudah mencapai sekitar
15.000 buku. Sekarang, saya sedang menulis sebuah buku, yaitu tentang
Mohammad Hatta yang insya Allah akhir tahun ini diterbitkan. Saya
menulis tentang Bung Hatta dan Islam.

Hatta ini menarik. Beliau seorang muslim yang sangat taat dan saleh,
bahkan alim sekali. Tapi beliau tidak pernah aktif dalam gerakan
Islam,bahkan Muhammadiyah sekalipun. Padahal pemikiranpemikirannya
tentang Islam sangat luas dan mendalam. Pernah memang beliau akan
mendirikan PDII (Partai Demokrasi Islam Indonesia), tapi itu tidak terjadi.

Hatta ini orang yang sangat bersih, sederhana, dan demokrat sejati.
Dewasa ini negara ini memerlukan figur pemimpin seperti Hatta yang
sederhana, asketis, dan bersih. Dia bukan hanya tidak korup,tapi asketis
dan berhatihati serta waspada agar tidak terseret dalam kasus korupsi.
radi saputro

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/486730/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.