Minggu, 01 April 2012

[Koran-Digital] Polisi Kejar Penyiram Air Keras

Silakan berdemo, tapi dengan cara yang benar, tidak membawa peralatan berbahaya seperti bom molotov apalagi bahan kimia.

POLISI masih memburu pelaku yang menyiramkan air keras kepada barisan polisi dan wartawan saat aksi unjuk rasa menolak penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di gedung parlemen, Jumat (30/3).

Hingga kemarin, sudah empat orang korban air keras melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polda Metro Jaya. Mereka ialah kamerawan Jak TV Ananto Handoyo, 39, Kombes Bimo dan Brigadir Made Adamaz dari Provos Mabes Polri, serta Aiptu Sujono, anggota Bidang Humas Polda Metro Jaya.

Kepala Bidang Humas Pol da Metro Jaya Kombes Rikwan to menyebutkan korban mungkin saja lebih dari empat. “Yang melapor baru empat orang.

Mereka yang terkena siraman (air keras) tidak merasa, terkesan hanya kena cairan biasa.

Tahu-tahu kulit mereka di leher, lengan, dada, dan perut melepuh. Ketika digosok langsung terluka,” tuturnya.

Pihak kepolisian saat ini te ngah menelusuri pelaku pe nyiraman air keras. Rikwanto yakin pelaku bukanlah orang yang murni melakukan demonstrasi di depan gedung parlemen. Sebab, polisi dengan koordinator demo sudah sepakat alat peraga apa saja yang boleh dibawa.

Alat peraga tersebut tidak boleh membahayakan. Ternyata ada yang membawa

air keras, membuat korban menjadi cacat seumur hidup.

Orang tersebut berniat untuk menebarkan teror.

Saat ini polisi tengah memeriksa tayangan televisi yang merekam peristiwa itu dan berharap orang yang menjadi saksi mata bersedia melapor

kan ciri-ciri pelaku.

Pihak kepolisian menangkap 23 orang yang diduga melakukan tindakan anarkistis saat berunjuk rasa di depan gedung parlemen, Jumat. Setelah dilakukan pemeriksaan, tidak ada yang terbukti sebagai penyiram air keras sehingga

mereka dibebaskan Sabtu (31/3) sore.

Ananto yang ditemui se usai melapor ke Polda Metro Jaya, kemarin, mengungkapkan dirinya terkena siraman air keras sekitar pukul 19.00 WIB.

“Saat meliput tiba-tiba kepala tersiram cairan. Setelah

tersiram zat tersebut, kepala, muka, leher, lengan kanan, dada, dan perut terasa perih dan melepuh,” paparnya.

Tak kuat melanjutkan tugas peliputan, akhirnya ia bersama manajemen Jak TV meminta penanganan dokter. Dokter pun belum bisa menyebutkan

zat kimia apa yang mengenai wajah juru kamera tersebut.
Brutal Pemimpin Redaksi Jak TV Timbo Siahaan menilai tindakan demonstran yang menyiramkan air keras kepada wartawan dan polisi merupa kan perbuatan brutal.

“Kalau terkena cairan kimia pasti cacat. Kalau sudah cacat begitu mau bagaimana? Di mana hak asasi wartawan?“ tanyanya sedikit menyindir anggota DPR yang seketika berteriak bila demonstran yang terluka, tetapi terdiam ketika korbannya wartawan atau polisi.

Timbo mengingatkan, saat mahasiswa berunjuk rasa menolak penaikan harga BBM di gedung parlemen, Jumat (30/3), wartawan dan polisi sama-sama melaksanakan tugas. Jika polisi tidak ada pada saat itu, menurut dia, banyak orang akan berteriak-teriak mempertanyakan keberadaan polisi.

Ternyata ada orang dari kerumunan pengunjuk rasa yang membawa air keras dan menyiramkan kepada petugas dan wartawan. Ia mengkritik keras cara-cara brutal seperti itu.

Timbo mempersilakan mahasiswa berdemo, tapi seharusnya dengan cara yang benar, tidak membawa peralatan berbahaya seperti bom molotov apalagi bahan kimia.

“Kasus ini akan kami laporkan ke Dewan Pers. Kami telah mendapat konfirmasi bahwa Dewan Pers akan menerima kami Senin (2/4) pukul 13.00 WIB,“ cetusnya.

Di sisi lain, mahasiswa yang ikut demonstrasi anti kenaikan BBM minta polisi menemukan pelaku penyiraman air keras itu. (J-1)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/04/02/ArticleHtmls/Polisi-Kejar-Penyiram-Air-Keras-02042012006016.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.