Jumat, 13 April 2012

[Koran-Digital] TAJUK, Hentikan Kekerasan

TAJUK, Hentikan Kekerasan PDF Print
Saturday, 14 April 2012
Kekerasan jalanan di wilayah DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir
cukup mengkhawatirkan.Aksi tawuran dan pengeroyokan yang dipicu balas
dendam telah memakan korban jiwa.


Yang lebih memprihatinkan, aksi tidak terpuji itu justru memakan korban
orang yang tidak ada kaitan dengan perselisihan antarkelompok yang
diidentifikasi sebagai geng motor itu. Kekerasan beruntun itu juga
mengancam rasa aman masyarakat Ibu Kota yang dalam beberapa waktu
belakangan terjaga dengan baik.Lebih luas lagi,kekerasan semacam ini
juga berpotensi mengganggu aktivitas warga Ibu Kota, termasuk kegiatan
perekonomian.

Jika tidak ditangani dengan baik, aksi main hakim sendiri ini akan
menurunkan citra Jakarta sebagai wajah terdepan Indonesia. Ini ujian
bagi aparat kepolisian untuk menjalankan tugas utamanya menegakkan hukum
tanpa pandang bulu. Siapa pun yang terlibat, didukung dengan buktibukti
keterlibatan dalam aksi kekerasan itu,harus diproses sesuai dengan hukum
yang berlaku.

Pembiaran penanganan kasus kekerasan semacam ini atas nama apa pun
adalah keputusan yang fatal karena akan menyebabkan praktik main pukul,
keroyok, main bunuh di kalangan masyarakat yang bertikai akan semakin
masif.Dendam dibalas dendam dan akhirnya korban terus berjatuhan.
Celakanya lagi yang jadi korban adalah warga masyarakat yang tidak tahu
apa-apa atas pertikaian itu.

Sekali lagi, kepolisian sebagai garda terdepan penegakan hukum harus
segera bertindak, mengusut pelaku kekerasan untuk kemudian memprosesnya
sesuai derajat kesalahannya dan kemudian mengajukannya ke pengadilan.
Aksi main hakim sendiri bisa terjadi karena sejumlah alasan. Misalnya
ketidakpuasan atas keputusan pengadilan, ketidakadilan dalam penanganan
kasus atau perkara, diskriminasi perlakuan, pembiaran secara sengaja,dan
kelemahan penegakan hukum.

Keraguan maupun ketidakberanian aparat penegak hukum dalam menyidik
perkara-perkara kekerasan yang melibatkan oknum dari institusi penegak
hukum atau institusi negara lain adalah problem klasik yang terus
berulang. Kita berharap apa yang terjadi di Jakarta bisa diselesaikan
dengan baik oleh kepolisian sesuai dengan koridor hukum.Jangan sampai
masyarakat kecil yang menjadi korban.

Kita juga melihat di liputan media, betapa mudahnya masyarakat di
sejumlah daerah marah dan melampiaskan ketidakpuasan mereka atas apa
yang terjadi di lingkungan sekitarnya dengan aksi kekerasan. Publik
mencatat, masyarakat kita sekarang mudah marah. Para pakar pun
mengidentifikasi berbagai sebab yang bisa menjadi faktor penentu
kemarahan itu. Di antaranya banyak faktor itu ketidakadilan mungkin
mendapat porsi yang paling determinan.

Baik itu ketidakadilan hukum, politik,ekonomi maupun sosial budaya.
Bagaimana agar negara berwibawa dalam penegakan hukum sehingga rasa
keadilan bisa dirasakan masyarakat tanpa kecuali? Tiada lain kecuali
ketegasan dalam menegakkan hukum tanpa diskriminasi. Kesamaan hak warga
negara di depan hukum sudah dijamin oleh konstitusi.Tapi praktiknya,
masih banyak kasus yang menggambarkan betapa hukum kita hanya tajam ke
bawah tapi tumpul ke atas.

Mestinya hukum harus tajam ke atas,ke bawah,ke samping kiri atau samping
kanan. Hukum tidak boleh diskriminatif.Tidak boleh ada tebang pilih
kalau penegak hukum ingin berwibawa, ditakuti, dan disegani. Masyarakat
akan berpikir panjang sebelum melakukan kejahatan karena pasti akan dihukum.

Jika hukum sudah tidak berwibawa, keamanan dan ketertiban akan
runtuh.Yang ada hanya adu kuat, adu fisik, adu kekuasaan yang
mengorbankan kepentingan bangsa dan masyarakat luas.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/486150/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.