Selasa, 03 April 2012

[Koran-Digital] TAJUK, Kriminalitas di Lapas

TAJUK, Kriminalitas di Lapas PDF Print
Wednesday, 04 April 2012
Lembaga pemasyarakatan (lapas) yang harusnya menjadi tempat pembinaan
para pelaku kejahatan justru disulap menjadi tempat untuk melanggengkan
tindakan kejahatan.


Kondisi itulah yang terjadi beberapa (mungkin sebagian besar) lapas di
Tanah Air. Miris dan trenyuh.Bagaimana tidak,sebuah tempat yang harusnya
menjadi kawasan penyadaran justru diubah menjadi sebaliknya.Beberapa
(mungkin sebagian besar) lapas di Tanah Air justru menjadi
pengembangbiakan pelaku kriminal. Kondisi ini menjungkirbalikkan logika
masyarakat. Kondisi lapas yang justru menjadi tempat pengembangbiakan
pelaku kriminal memang disebabkan beberapa faktor.

Namun, faktor yang besar adalah sikap tegas dari petugas lapas untuk
mencegah atau mengatasi tindak kriminal dari napi. Namun, logika
masyarakat kembali dijungkirbalikkan dengan hal ini karena tindakan
kriminal justru melibatkan aparat-aparat di lapas.Ini sebuah penyakit
akut.Artinya,sudah tidak ada tindakan tegas,justru para aparat terlibat
dalam tindakan kriminal.Fakta ini bisa dilihat dari tertangkapnya
seorang sipir lapas di Pekan Baru, Riau bersama tiga napi lainnya dalam
kasus narkoba beberapa hari yang lalu.

Selain itu, maraknya penyelundupan narkoba yang justru dikendalikan di
dalam lapas juga mengindikasikan ada orang "dalam" yang terlibat.
Seorang bandar yang tengah menjalani persidangan dan penahanannya
dititipkan di lapas bahkan bisa bermain dengan menjadi bandar narkoba.
Belum lagi dugaan banyaknya pungutan liar (pungli) di lapas terhadap
para napi yang ingin mendapatkan "kenikmatan". Dugaan pungli di lapas
bukan lagi rahasia, tapi sudah menjadi perbincangan di kalangan
masyarakat. Selain faktor sikap tegas dari petugas, kapasitas lapas juga
menjadi pemicu tindak kriminal.

Napi justru mendapatkan suasana atau situasi yang membuat mereka menjadi
semakin tertekan.Fasilitas sel, tempat sosialisasi, tempat pembelajaran,
tempat ibadah, atau fasilitas-fasilitas lain jadi terbengkalai karena
kapasitas lapas yang sudah tak bisa menampung napi. Pemerintah harus
menyadari ini sebagai persoalan dan harus cepat mencarikan jalan
keluarnya. Faktor kesejahteraan petugas memang juga menjadi pemicu.
Namun, dalam hal ini faktor mental petugas lebih berperan. Jika mental
petugas lapas memang tulus untuk melayani dan menjaga napi, seharusnya
tidak ada lagi tindakan- tindakan kriminal yang dilakukan petugas.

Jadi percuma jika diberikan remunerasi, namun mental petugas tidak
dibenahi. Wajar jika aparat dalam hal ini Badan Narkotika Nasional (BNN)
bersama Kementerian Hukum dan HAM terus melakukan operasi di dalam
lapas. Hasilnya tidak buruk. Kriminalitas di beberapa lapas berhasil
dibongkar. Cara ini tentu harus terus dilakukan agar menimbulkan efek
jera bagi pelaku kriminal di lapas.Semua pihak wajib mendukung langkah
ini agar kesan lapas sebagai tempat kriminal dan pungli bisa dikurangi
atau bahkan diberantas. Sayang, beberapa pihak justru terkesan
menghalangi langkah tersebut.

Apalagi pihak yang menghalangi justru dari orang dalam sendiri.
Semestinya orang dalam memberikan dukungan atau bahkan membantu agar
persoalan ini tuntas. Jika memang ada sebuah tindakan di luar prosedur,
hal tersebut bisa diselesaikan secara internal, bukan diumbar ke
publik.Apalagi jika sifatnya masih dugaan, tidak semestinya orang dalam
mengekspose keluar persoalan tersebut ke masyarakat.

Ini justru mengesankan tidak ada kekompakan di internal Kemenkumham
dalam memberantas kriminal di lapas.Jika ini yang terjadi, sekali lagi,
logika masyarakat dijungkirbalikkan.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/483308/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.