Kamis, 29 Maret 2012

[Koran-Digital] Gemuk Tak Selalu Sehat

Gemuk Tak Selalu Sehat PDF Print
Thursday, 29 March 2012
Sekarang bukan zamannya menganggap anak yang gemuk itu lucu dan
menggemaskan. Sudah saatnya para orang tua dengan lantang menyuarakan
bahwa obesitas adalah penyakit!

Tren kelebihan berat badan atau obesitas di kalangan anak-anak tampaknya
semakin mengkhawatirkan.Tidak hanya di Indonesia,penelitian di berbagai
negara membuktikan bahwa kecenderungan terjadinya obesitas pada usia
dini saat ini terbukti meningkat secara signifikan. Lembar fakta dari
Badan Kesehatan Dunia WHO menunjukkan bahwa pada 2010,sekitar 43 juta
anak di bawah umur lima tahun mengalami kelebihan berat badan.

Hampir 35 juta anak-anak kelebihan berat badan tinggal di negara
berkembang dan 8 juta lainnya di negara maju. Hal ini menjadi isu
penting karena obesitas di masa kecil dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit serius di usia dewasa. Obesitas merupakan salah satu penyebab
kematian dini (early death).

Beberapa risiko penyakit yang timbul akibat obesitas di usia muda antara
lain penyakit jantung,kanker prostat,kanker payudara, kelainan
kehamilan,dan lainnya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui
pemberian asupan nutrisi yang baik dan tepat sejak usia kanakkanak.
Sulitnya,masih banyak masyarakat yang menganggap jika anak yang gendut
itu lucu dan sehat.

Pandangan yang telah lama mengendap di pikiran orang tua ini sudah
barang tentu keliru dan mesti dihilangkan. Menurut Prof W Philip T James
MD PhD,seorang profesor nutrisi di London School of Hygiene yang juga
merupakan Ketua International Association for the Study of Obesity dan
anggota dewan penasihat nutrisi PBB (FAO dan WHO), tren kelebihan
nutrisi,baik kelebihan berat badan maupun obesitas pada anak memang
tengah menjadi perhatian di dunia internasional.

"Masalah ini awalnya dianggap hanya terjadi di negara-negara
berpenghasilan tinggi. Namun pada kenyataannya,jumlah anak dengan
masalah obesitas semakin meningkat di negara berpendapatan rendah dan
menengah,khususnya di perkotaan,"katanya dalam acara talkshowNutritalk
bertema Early Life Nutrition and Childhood Obesity-Challenges and
Opportunity oleh PT Sari Husada di Hotel The Ritz Carlton,Jakarta.

James mengemukakan,angka obesitas pada anak mulai mengalami kenaikan
drastis sejak 1980–1985. Negara-negara di Eropa dan Asia Pasifik,
terutama China,merupakan yang paling pesat perkembangannya.Tidak itu
saja, negara berpendapatan rendah seperti di sejumlah negara Afrika
maupun negara yang tengah berhadapan dengan perang, seperti Afghanistan
dan Pakistan,juga ditemukan kasus serupa.

"Dulu,masalah obesitas itu hanya bersifat individual,tapi kini sudah
menjadi epidemik di seluruh dunia dan meningkat hampir dua kali
lipat.Semua pihak harus mewaspadai bahwa obesitas adalah penyakit,"
imbuhnya.Obesitas,lanjut dia,lebih berbahaya jika diidap oleh anak
perempuan. Karena saat dewasa,mereka akan mengandung dan menjadi gemuk
sehingga anak yang dilahirkan akan berisiko menjadi obesitas pula.

Salah satu penyebab obesitas,lanjut dia,memang karena genetik atau
keturunan. Namun, lebih banyak lagi karena pengaruh lingkungan. James
menyebut,pola makan yang tidak tepat dan kurang bergerak menjadi pemicu
tubuh anak menjadi melar.Selain itu,strategi marketingkotor makanan junk
food juga menjadi biang keladinya.

Untuk itu,terang dia,negara-negara maju kini mulai menerapkan larangan
untuk menayangkan iklan produk makanan junk fooduntuk anak-anak,
terutama ketika masa liburan."Negara maju seperti Prancis,Inggris,dan
Amerika Serikat sudah mulai memerangi obesitas dengan membatasi iklan
makanan siap saji.Makanan di kantin sekolah mereka juga dipilih yang
lebih sehat,"tutur James.

James mengatakan,penanganan obesitas tentu membutuhkan kolaborasi antara
masyarakat,pemerintah selaku pembuat kebijakan,dan para produsen di
industri makanan sehingga faktor-faktor risiko penyebab obesitas dapat
teridentifikasi dan terkendalikan dengan baik."Indonesia mesti
menggalakkan makananmakanan yang berasal dari pertanian lokal. Ini juga
untuk meningkatkan perekonomian," tandasnya.

Sementara itu,dokter spesialis anak, konsultan nutrisi dan penyakit
metabolik dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Damayanti
Rusli Sjarif SpA (K) mengungkapkan, penelitian pada 1998 di sekolah
dasar (SD) swasta di Jakarta Pusat ditemukan kasus obesitas sebanyak
9,6%. Sementara pada 2006,riset pada 600 anak SD di seluruh
Jakarta,diketahui sekitar 15,3% anak mengalami kegemukan.

Sementara itu,pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta pada
2011 ditemukan sekitar 22,5% di antaranya mengalami obesitas.Dia
menerangkan, anak yang mengalami obesitas akan mengalami masalah
psikososial karena depresi selalu didiskriminasi oleh temantemannya."
Mereka umumnya dijauhi teman-temannya sehingga merasa tersisihkan dan
kurang kepercayaan diri,"ujar dia.

Pada dasarnya,lanjut Damayanti,terdapat dua faktor yang memengaruhi
obesitas, yang pertama adalah faktor genetik. Anak yang menderita
obesitas biasanya memiliki orang tua yang obesitas pula.Jika salah satu
orang tua menderita obesitas, maka 40% kemungkinan anaknya akan
menderita obesitas.Jika kedua orang tua menderita obesitas,maka
risikonya meningkat menjadi 70%. rendra hanggara

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/481707/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.