Kamis, 29 Maret 2012

[Koran-Digital] KOMARUDDIN HIDAYAT: Language is Our House of Being

Language is Our House of Being PDF Print
Friday, 30 March 2012
"Kita tinggal dan tumbuh di dalam dan dengan bahasa,"kata Heidegger.
Dengan bahasa,dunia manusia semakin meluas dan terstruktur. Dengan
bahasa, dunia manusia menjadi terbentang melewati batas
fisik,etnik,agama, kebudayaan, dan generasi.

Dengan bahasa, benda-benda serta orang-orang di sekelilingnya dirajut
dengan pemberian nama atau label sehingga dengannya manusia menciptakan
jaringan komunikasi dan membangun makna-makna. Seperti dikatakan
Whitehead, dalam tindakan berbahasa seseorang berbicara kepada dua
objek,yaitu ke dalam berbicara kepada diri sendiri dan ke luar kepada
orang yang lain.

Dengan demikian, bahasa merupakan medium ekspresi dan eksternalisasi
diri agar dirinya dipahami dan diterima orang lain. Sebaliknya, lewat
bahasa pula seseorang melakukan identifikasi dan internalisasi
nilai-nilai serta informasi yang dijumpai di sekelilingnya. Dengan kata
lain, berbeda dari dunia hewan,bahasa telah memungkinkan manusia keluar
dari dunia insting ke dunia refleksi dan makna.

Dengan bahasa, alam sekelilingnya diberi atribut dan klasifikasi
sehingga pada gilirannya atribusi dan klasifikasi mengantarkan lahirnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. "The lore of our father is a fabric of
sentences," demikian salah satu adagium populer di kalangan filsuf
bahasa. Pengetahuan dan adat-istiadat orang tua kita adalah bangunan
makna-makna yang terajut dalam jaringan kalimat yang diwariskan secara
turun-temurun kepada anak cucunya.

Di dalam bahasa dan melalui bahasa, peradaban diwariskansecaraturun-
temurun. Catatan tentang pengalaman hidup, himpunan ilmu pengetahuan,
serta nasihat bijak dari nenek moyang kita tersimpan dalam wadah bahasa
sehingga generasi yang datang tidak harus membangun peradabannya mulai
dari nol.Transmisi atau alih peradaban tersebut, pada mulanya,hanya
mengandalkan medium atau mata rantai bahasa lisan.

Namun saat ini,bahasa lisan dan bahasa ritual diperkuat lagi dengan
bahasa tulis dan teknologi video kamera. Meskipun bahasa kelihatannya
bersifat nonmateri karena berupa gagasan, ekspresi perasaan dan
kata-kata, ia memiliki kekuatan yang sangat besar dan berpengaruh secara
riildalam kehidupan sehari-hari dan bahkan bisa menciptakan sebuah
revolusi sosial.

Terlebih lagi ketika teknologi kaset,televisi, mesin cetak, dan sekarang
berkembang jaringan internet melalui komputer,penyebaran informasi dan
gagasan berlangsung semakincepat. Lewatbuku, seorang penulis sejarah
bisa merekonstruksi peristiwa masa lalu untuk dihadirkan ke forum "kini
dan di sini"(now and here). Jarak ruang dan waktu bisa dipersempit dan
bisa juga diperlebar oleh wawasan ilmu pengetahuan yang dikomunikasikan
melalui bahasa.

Jika sejarah berhasil mendekatkan masa lalu ke masa kini,prediksi
tentang masa depan pun bisa diproyeksikan sejak hari ini.Di sini,
lagi-lagi semakin terlihat betapa eratnya kerja sama antara berbagai
disiplin ilmu, sementara itu bahasa tampil sebagai medium dari semua
wacana keilmuan dan aktivitas kehidupan. Kalau saja tak ada institusi
bahasa, terlebih bahasa tulis, dunia manusia akan menjadi sempit,
pendek, karena khazanah hidup masa lalu akan lenyap bersama perjalanan
waktu.

Setiap peristiwa sejarah hanyalah terjadi sekali dan kemudian
menghilang. Meskipun ada kalanya terjadi peristiwa serupa pada waktu
yang berbeda,keduanya tetap tidak identik. Untunglah ada rekaman masa
lalu sehingga kita bisa belajar untuk memperbaiki hidup hari ini dan
esok. Himpunan dan akumulasi pengalaman manusia yang berlangsung dan
tumbuh dalam sejarah kemudian dinamakan tradisi, termasuk di dalamnya
tradisi keagamaan.

Bagi umat Islam,salah satu tiang penyanggatradisiyangpalingkukuhadalah
pembukuan wahyu Allah dalam Alquran yang mata rantai transmisinya secara
historisilmiah diakui paling solid dan paling autentik ketimbang wahyu
yang diterima oleh nabi-nabi sebelumnya. Bahasa, sebagaimana juga agama,
memiliki dimensi individual dan sosial meskipun sesungguhnya yang satu
mesti mengasumsikan yang lain.

Konsep individual hanya bisa dipahami karena adanya relasi sosial dan
sebaliknya konsep social tidak mungkin muncul tanpa adanya konsep
individu. Bahasa dalam dimensi dan konteks individu mudah dihayati
ketika misalnya kita merenung sendiri ataupun tengah bermunajat
sendirian kepada Tuhan. Tapi,meskipun sendiri,kita sebenarnya berbicara
terhadap yang lain (the others).

Mulutmu harimaumu, kata orang bijak.Apa yang diucapkan seseorang tidak
semata ditangkap sebagai rentetan bunyi, melainkan juga ekspresi diri.
Ucapan adalah sebuah jendela bagi orang lain untuk melihat ke
dalam,pikiran dan perasaan apa yang tersembunyi di balik ucapan. Atau,
ucapan adalah sebuah pintu untuk mengungkapkan keluar jati diri
seseorang. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bisa dipegang dan
dipercaya lagi apa yang diucapkan, terlebih janjinya, maka hancurlah
martabat kemanusiaannya. Bagaimana dengan janji-janji politisi? ●

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/481959/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.