Rabu, 28 Maret 2012

[Koran-Digital] RHENALD KASALI: Dalam Pusaran Perubahan

Dalam Pusaran Perubahan PDF Print
Thursday, 29 March 2012
Pusaran perubahan kembali menghantam Indonesia. Setelah pasaran
automotif berjaya pada 2011, kini harga bahan bakar minyak (BBM) dunia
bergerak naik.

Ketika negara-negara tetangga menjadikan kebijakan kenaikan harga
BBM-nya secara lebih independen dan fleksibel dalam pengambilan
keputusan, di Indonesia justru sebaliknya. Demikian pula ketika
perekonomian Indonesia menapak naik,persaingan justru semakin meningkat,
dari luar dan dari dalam. Ketika demokrasi berkembang tanpa arah,
teknologi membuka semua dinding rahasia.

Menjadi sangat terbuka dan cepat berubah. Pusaran perubahan tengah
dialami oleh hampir semua sektor usaha, besar maupun kecil. Perasaan
gundah bukan hanya ada di pikiran CEO atau para pemilik perusahaan,
melainkan juga para manajer dan pegawai di bawah. Dirasakan oleh para
guru dan dosen, hakim dan jaksa, serta para pemimpin pusat maupun daerah.

Statistik ekonomi yang membaik justru bisa menimbulkan pusaran baru.
Kepada setiap orang yang berada di dalam pusaran perubahan, setidaknya
tiga hal ini perlu diketahui. Pertama, persoalan perubahan yang penting
bukanlah soal "memasuki dunia baru", melainkan bagaimana "membuang"
kebiasaan-kebiasaan lama.

Kedua, perubahan menuntut hati yang bersih. Seberapa hebatnya prestasi
perubahan yang Anda berikan, kalau tidak dilakukan sepenuh hati dan
seputih kapas,Anda akan tergulung arus balik perubahan. Lantas ketiga,
dalam setiap perubahan yang paling menentukan adalah self management.

Membuang Kebiasaan Lama

Anda tentu masih ingat bagaimana orang tua memberi iming-iming agar Anda
siap memasuki dunia baru. Hadiah bila naik kelas, pesta sunatan, cincin
kawin, dan tentu saja permen manis agar tidak menangis sehabis menerima
suntikan imunisasi. Iming-iming seperti itu diteruskan para pelaku ekonomi.

Termasuk agar Anda mau menerima kenaikan harga BBM. Ada paket Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat dan samar-samar terdengar ada paket
jalan-jalan untuk rektor dan aktivis-aktivis mahasiswa, konon pula ada
"hadiah"bagi oknum anggota partai politik yang tidak menentang kebijakan
ini.Namanya juga konon,bisa betul bisa juga wallahu a'lam. Tapi
bagaimana membuang kebiasaan lama?

Ampun,ini memang masalah besar yang bisa menjadi penghalang. Manusia
sulit sekali membuang kebiasaan-kebiasaan lamanya, apalagi
pikiran-pikiran lamanya. Perubahansetidaknya memiliki dua dimensi, yaitu
dimensi berubah (changing) dan dimensi tidak berubah (not changing).
Pengalaman saya membantu lembaga-lembaga nasional melakukan perubahan
menunjukkan, sebagian besar kita lebih banyak menaruh perhatian pada
aspek dimensi yang pertama (changing).

Changing memiliki the plus side (persepsi terhadap manfaatperubahan) dan
thenegative side (persepsi terhadap biaya, upaya, dan risiko-risiko bila
Anda berubah). Padahal not changing juga penting.Manusia juga
menimbang-nimbang apa plus-minusnya bila ia tidak berubah. Selama
benefit terhadap adanya perubahan lebih besar dari cost-nya, kita sering
berpikir bahwa manusia sudah pasti siap untuk berubah.

Padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Manusia ternyata juga
menimbangnimbang the plus side of not changing (manfaat kalau tidak
berubah) dan the negative side of not changing (ruginya bila tidak
berubah).Pusing ya? Begitulah perubahan. Selama the plus side of
changing tidak diimbangi dengan the negative side of not changing,
manusia Akan tetap berada "di dunia lama". Hidup dalam aturan dan cara
berpikir lama. Jadi cost-benefit analysis saja tidak cukup.

Untuk meninggalkan dunia lama,manusia perlu diberi tahu konsekuensi-
konsekuensi negatif apa yang akan ia terima bila ia tidak berubah. Jadi
melihat keindahan di depan tembok saja belum tentu membuat seorang anak
melompat ke atas tembok setinggi dua setengah meter.Ia baru melompat
kalau pantatnya akan digigit anjing besar bertaring tajam yang mengejar
di belakangnya. Diberi tahu saja tidak cukup. Manusia perlu dibukakan
matanya, yaitu melihat apa yang tidak atau belum terlihat.

Hati Bersih

Belakangan saya juga bertemu dengan orang-orang yang mengaku berhasil
melakukan perubahan. Hasilnya mungkin saja mengagumkan.Tapi yang menarik
perhatian saya,orangorang ini terbentur oleh kejadian- kejadian negatif.
Kejadian-kejadian negatif bisa berakibat karya perubahan menjadi
sia-sia.Tapi sepanjang Anda melakukannya dengan sepenuh
hati,sesungguhnya Anda tidak perlu bercemas hati.Kebenaran akan
menemukan pintunya sendiri.

Semua itu hanya mungkin dibersihkan oleh hati yang bersih. Hanya
pemimpin-pemimpin yang melakukan perubahan dengan keikhlasan dan cinta
pada perubahan yang akan selamat mengawal perubahan. Mudah kita
membedakan mana pemimpin yang cinta jabatan dan mana yang cinta
perubahan. Orang yang mengaku cinta perubahan bisa saja sesungguhnya
pencinta jabatan yang bertarung habis-habisan mempertahankan
kekuasaannya. Kalau Andacintaperubahan, Anda akan siap terhadap
kemungkinan Anda hanya bisa memimpin satu kali. Ada melakukan people
developmentdan Anda menjaga reputasi sekuat tenaga karena tanpa reputasi
kekuasaan tak punya gigi.

Self Management

Di mana peran Anda dalam pusaran perubahan ini? Praktik- praktik yang
ada umumnya mengacu pada literatur-literatur dan best practice yang
seakanakan menempatkan semuaorang sebagai change agents atau change
leaders. Padahal sebagian besar orang bukan pemimpin
dantakterpilihmenjadi change agent dalam perubahan.

Apa yang harus Anda lakukan? Pengalaman saya menemukan orang-orang yang
berada di dalam pusaran perubahan bukan hanya terdiri atas mereka yang
menentang perubahan, melainkan karena mereka tidak terbiasa "melihat"
apa yang "tidak" atau "belum" terlihat. Berbagai latihan umumnya sangat
diperlukan untuk melatih karyawanagarmampu "melihat", bahkan "mendengar"
yang "belum"atau "tak terdengar".

Melalui berbagai pelatihan, pegawai dilatih agar memiliki sikap proaktif
yang melekat pada diri setiap individu. Pelatihan-pelatihan seperti itu
menjadi penting di era performance management tidak lain karena setiap
orang telah berubah menjadi manusia robotic yang hanya peduli dengan
indikator-indikator kinerja utamanya atau yang biasa dikenal dengan
istilah KPI (key performance indicator).

Ketika manusia terlalu fokus pada pekerjaannya atau apa yang
ditugaskankepadanya (dalambirokrasi dikenal dengan istilah tupoksi),
maka biasanya mereka tidak mampu melihat hal-hal yang berada di luar
titik fokusnya. Maka latihlah diri Anda agar mampu "melihat" yang tak
terlihat dan "mendengar" apa yang tak terdengar. Hanya orang-orang yang
memiliki keberanianlah yang mampu melihat hal-hal yang tak terlihat. Dan
hanya merekalah yang mampu membawa diri dalam pusaran perubahan.

Mereka bukan hanya bisa beralih memasuki dunia baru dengan selamat,
melainkan juga meninggalkan dunia lama dengan penuh kedamaian. Itulah
yang membedakan seorang winner (pemenang) dengan seorang looser
(pecundang). Pemenang melenggang riang, pecundang bicara kotor dengan
umpatan yang tak tersalurkan. Selamat menjalankan perubahan.●

RHENALD KASALI
Ketua Program MM
Universitas Indonesia
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/481646/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.