Kamis, 29 Maret 2012

[Koran-Digital] IRMAN GUSMAN: Islam, Masyarakat Indonesia, dan Demokrasi

Islam, Masyarakat Indonesia, dan Demokrasi PDF Print
Friday, 30 March 2012
Beberapa hari lalu, saya memenuhi undangan Dr Farhan Ahmad Nizami,
Direktur The Oxford Center for Islamic Studies, untuk berdialog dengan
para ahli dan beberapa profesor tentang perkembangan Islam dan
demokratisasi di Indonesia.

Dialog itu diselenggarakan di The Oxford Center for Islamic Studies,
Universitas Oxford, Inggris, yang merupakan salah satu universitas
tertua dan terkemuka di dunia.Pada kesempatan itu, saya menguraikan
beberapa pokok pikiran tentang pengalaman masyarakat muslim di
Indonesia, yang merupakan masyarakat mayoritas muslim terbesar di dunia,
dalam menerima ide-ide demokrasi.

Mungkin bagi sebagian masyarakat Barat, Islam selalu dilihat secara
dikotomis dengan perkembangan demokrasi. Hal ini bisa kita lihat dari
bagaimana masyarakat Barat mengaitkan aksi terorisme, radikalisme, dan
fundamentalisme yang berkembang di Indonesia dengan pemikiranpemikiran
Islam. Seolah-olah Islam dan demokrasi merupakan dua hal yang
bertentangan. Tentu hal tersebut tidak tepat.

Dalam kesempatan diskusi itu, saya menjelaskan bagaimana perjalanan
transisi demokrasi di Indonesia bisa berlangsung baik sejak gerakan
Reformasi 1998, meskipun tentu masih ada tantangan di sana-sini.Namun,
secara keseluruhan, masyarakat muslim di Indonesia mampu menerima
ide-ide demokrasi dan menginstitusi onalkannya dalam kehidupan sosial,
ekonomi, politik,hukum,dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Jika kita
amati secara keseluruhan, grafik demokrasi kita berkembang pesat.

Sejak 1998, berbagai langkah reformasi sistem ekonomi, politik, dan
hukum mengalami lonjakan seiring dengan semakin terbukanya pemikiran
masyarakat muslim Indonesia terhadap ide-ide demokrasi. Dalam hal ini,
Islam dan demokrasi tidak dipandang terpisah, melainkan merupakan
satu-kesatuan nilai yang sama. Dalam nilai dasar Islam, kesamaan,
keadilan, kesejahteraan, keharmonisan, kerukunan, kepedulian sosial juga
merupakan bagian dari nilainilai demokrasi yang mendapat sambutan luas
dari masyarakat.

Tingkat penerimaan yang tinggi terhadap demokrasi di Indonesia
memperlihatkan keterbukaan masyarakat muslim akan ide-ide perubahan.Hal
ini tidak salah jika seorang diplomat Timur Tengah yang pernah saya
temui di tahun 2001 menjuluki Indonesia sebagai negeri mukjizat. Karena
dengan berbagai perbedaan yang ada, baik suku, ras maupun agama, dengan
ribuan pulau dan ratusan bahasa, di mana masyarakat muslim merupakan
masyarakat mayoritas, mereka tidak terjebak pada ide-ide sektarian dan
rasis yang memecah belah bangsa.

Malahan dengan perbedaan- perbedaan tersebut,masyarakat kita mampu hidup
rukun, harmonis, dan toleran. Gerakan reformasi yang diikuti pula oleh
demokratisasi di berbagai bidang kehidupan juga tidak menimbulkan
konflik dan perpecahan dalam skala yang masif. Ini menunjukkan bahwa
Islam dan demokrasi dapat bersanding dalam kehidupan masyarakat muslim kita.

Membumikan Islam dan Demokrasi

Meskipun demikian, tidak mudah untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam
dalam kehidupan demokrasi secara penuh dan utuh.Sampai sejauh ini masih
ada tantangan yang menghadang, terutama menyangkut keterbukaan ruang
demokrasi untuk membumikan ajaran-ajaran Islam. Ajaran Islam yang
dimaksud di sini adalah ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan
nilai-nilai demokrasi.

Pada 2010, studi Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari yang dimuat di
jurnal George Washington University dengan judul "How Islamic are
Islamic Countries" memperlihatkan suatu hasil kajian yang sedikit
mengagetkan kita. Studi itu mengulas bagaimana sebuah negara Islam
melaksanakan ajaran-ajaran yang dikaitkan dengan perekonomian,
finansial, politik, hukum, dan perilaku sosial sebuah negara.

Hal ini berangkat dari sebuah cara pandang bahwa Islam pada dasarnya
memiliki sistem nilai yang terbuka seperti peraturan yang tegas,
perekonomian yang adil, pemerintahan yang baik, penghormatan atas
HAM,kebebasan sipil,perlindungan hukum, dan keterbukaan interaksi dengan
manusia. Hasilnya, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas populasi
beragama Islam di dunia,tetapi tidak memiliki performa yang baik dan
hanya menempati urutan ke-140 dari 208 negara yang dikaji.

Hal ini akibat dari beberapa kelemahan yang merupakan bagian dari
permasalahan umum negara berkembang seperti institusi-institusi yang
tidak efisien, kebijakan perekonomian yang buruk, tingkat korupsi yang
tinggi, peraturan hukum yang tidak berkembang, adil, dan tegas, sistem
perekonomian dan sosial yang tidak menguntungkan wanita dan anak-anak,
terjadinya berbagai kericuhan dan pelanggaran HAM, serta masalah-masalah
tradisional negara berkembang lainnya.

Ini berarti demokrasi kita belum dilaksanakan oleh masyarakat muslim
Indonesia secara konsekuen dan utuh sesuai dengan tujuan demokrasi itu
sendiri. Hal ini tergambar jelas juga dari indeks demokrasi global yang
menempatkan Indonesia pada posisi yang masih rendah. Hasil survei
majalah Economist pada 2011 menempatkan kita pada peringkat ke-60 dari
167 negara yang disurvei terhadap lima variabel utama, yakni pluralisme
dan pemilihan umum, fungsi pemerintahan, kebebasan sipil, budaya
politik, dan partisipasi politik.

Tentu ke depan kita membutuhkan penguatan sistem demokrasi agar target
pembangunan dapat terealisasi, terutama menyangkut target pencapaian
tahun 2025 yang oleh banyak pengamat Indonesia disebut sebagai negara
masa depan. Pada 2025, Indonesia diprediksi akan masuk dalam 10 besar
negara yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi dunia dengan
pendapatan per kapita sebesar USD25.000.

Lalu bagaimana mencapai itu semua? Tak ada pilihan lain kecuali
memperkuat sistem demokrasi dalam mengimplementasikan ajaran-ajaran
Islam universal dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tentu ajaran Islam
dalam pengertian substantif, bukan prosedural.

IRMAN GUSMAN
Ketua Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia (DPD RI)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/481759/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.