Rabu, 28 Maret 2012

[Koran-Digital] WAWANCARA Boediono: Kita adalah Generasi Menanam

KONTROVERSI mengenai rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi makin hangat. Ada yang menolak, ada pula yang
sependapat. Dalam Economic Challenges Metro TV, Senin (26/3), Direktur
Pemberitaan Metro TV Suryopratomo mewawancarai Wakil Presiden RI
Boediono soal pandangannya atas isu itu, juga isu strategis lain dalam
perekonomian Indonesia. Berikut petikannya. Dengan rencana penaikan
harga BBM yang sedang intens dibicarakan di DPR, serta penolakan yang
mewarnainya, bagaimana Anda melihat ini?
Harga minyak dunia yang melonjak akan memengaruhi ekonomi, dan semua
negara mengalami itu.
Sekarang adalah bagaimana kita menjelaskan pada semua yang
berkepentingan tentang kebijakan ini.

Bagaimana kita meresponsnya se baik mungkin dampak kondisi ini.

Baik itu dampak kepada negara, kepada ekonomi, untuk sekarang, maupun
tahun-tahun ke depan.

Apa konsekuensinya jika harga BBM tidak naik?
Yang pertama, tapi yang jarang dijadikan fokus adalah bagaimana agar
APBN kita sehat sehingga penerimaan dan pengeluaran sebisa mungkin
berimbang.

Tentu saja sehatnya APBN ini juga harus sama pandangannya antara
pemerintah dan pasar.

Tapi, yang harus disampaikan kepada masyarakat mengenai masalah subsidi
BBM ini adalah ada semacam ketidakadilan. Sementara harga minyak di luar
naik, harga di dalam negeri tetap Rp4.500. Pasti akan timbul ketekoran.
Ini kan harus dibayar.

Siapa yang bayar? Ya dari APBN.
Ada dua respons. Pertama, mengurangi beberapa alokasi anggaran untuk
menampung ketekoran itu.
Atau, bisa saja kita bayar, tapi kita biarkan defisit melonjak.

Ini yang bahaya. Karena defisit adalah utang, dan utang ini kita gunakan
untuk menyubsidi pihak, yang menurut banyak pengamat, sebenarnya bukan
pihak yang kami harapkan menerima manfaat subsidi. Soal pemberian bantu
an langsung semen tara masyarakat (BLSM), ada kritik kenapa tidak mem b
u a t ke b i j a k a n yang sifatnya lebih jangka panjang?
NTO BLSM ini adalah program yang satu paket dengan pe nyesuaian harga
BBM. Program itu bukan untuk mengatasi kemiskinan.

Pemerintah selalu `memasarkan' program pengentasan kemiskinan dalam 4
cluster. Cluster pertama adalah program yang diarahkan kepada rumah tangga.

Tujuannya adalah untuk meringankan kebutuhan mereka yang sangat
diperlukan, seperti pendidikan dan kesehatan.

Cluster kedua diarahkan pada kelompok masyarakat. Itu diberi nama
program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM). Kita beri uang mereka
dan mereka sendiri yang berinisiatif akan diapakan uang itu. Tapi, tetap
kita awasi juga penggunaannya.

Cluster selanjutnya adalah yang berkaitan dengan ekonomi. Itu adalah gol
yang jadi fokus kita saat ini, bagaimana kita memberikan dukungan kepada
perusahaan-perusahaan dan mendorong kewirausahaan. Yang keempat, ialah
cluster khusus. Jadi misalnya kita tujukan pada rakyat miskin di
perkotaan, nelayan, dan sebagainya.

Melihat tahun lalu, untuk pertama kalinya pertumbuhan industri lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi kita?
Pertumbuhan sektor manufaktur 2011 patut disyukuri. Jika dilihat lebih
dalam, sektor manufaktur kita lebih banyak melayani pasar domestik.
Ekspor masih ada, namun lebih banyak barang-barang primer lain. Ini yang
mesti ditingkatkan, bagaimana agar bisa meningkatkan ekspor
barang-barang manufaktur.

Tentang bagaimana kita membangun sektor industri, sering kebijakan yang
ada justru seperti mengerem. Kalangan otomotif misalnya, mengatakan
kebijakan terakhir BI dan Kementerian Keuangan yang membatasi uang muka.
Apa itu memang dibutuhkan?
Ada sisi-sisi yang perlu dipertimbangkan. Di satu sisi, kita mau
mendorong produksi. Pertanyaannya apakah memang harus seluruhnya diserap
oleh pasar domestik, atau ada sebagian yang perlu diekspor.

Yang kedua, dalam hal otomotif tadi, ada pertimbangan kemampuan
infrastruktur kita menampung ini semua. Ada keluhan-keluhan riil dari
masyarakat, terutama di kota besar, yang harus direspons juga.

Saya kira kebijakan itu tidak akan menghambat. Kita memang perlu
mempercepat produksi, tapi realitas menunjukkan kita harus menjawab
tantangan yang ada di berbagai lokasi di Tanah Air.

Hampir 70% APBN bersumber dari pajak. Di sisi lain, ada masalah ketaatan
ketika melihat tax ratio rendah. Bagaimana Anda melihatnya?
Pajak adalah tulang punggung dari demokrasi. Di negara manapun. Saya
melihat tingkat penerimaan pajak kita relatif masih di bawah potensi
pajak. Kita berusaha tingkatkan terus kesadaran membayar pajak ini.

Bagaimana soal pegawai pajak yang menyalahgunakan kepercayaan para
pembayar pajak?
Saya kira `kunci' sekali bagaimana kita bisa membersihkan aparat
perpajakan. Memang jika orang melihat ada uang pajak yang tidak sampai
kepada peruntukannya, itu bisa me nimbulkan keengganan untuk membayar
pajak. Jadi, potensi pajak itu tadi tidak akan tergali jika kita tidak
bisa membersihkan ini.

Jika Anda merangkum situasi kondisi ekonomi dan politik kita saat ini,
apakah sebenarnya yang sedang dihadapi?
Kuncinya, kita harus melakukan ini secara sistematis dan konsisten. Ini
adalah target jangka panjang. Kerja keras juga penting. Jadi kita perlu
konsisten, kerja keras, dan jangan buang energi untuk hal tak penting.

Kita harus fokus pada sasaran kita sehingga, insya Allah, mungkin saya
belum bisa menikmati, tapi anak cucu kita. Itulah kenapa saya sering
katakan generasi kita adalah generasi menanam. Jadi kita lebih banyak
memberi daripada mengambil buahnya. Yang memetik nanti adalah generasi
selanjutnya. (*/E-2)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/03/29/ArticleHtmls/WAWANCARA-Kita-adalah-Generasi-Menanam-29032012017021.shtml?Mode=1

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.